Ada Return dan Risiko, Lalu Apakah Reksadana Selalu Menguntungkan?

Reksadana menjadi salah satu pilihan investasi paling mudah lantaran bisa dilakukan secara online. Tidak hanya itu, alasan banyak milenial memilih reksadana juga karena keuntungan  yang ditawarkannya. Kustodian Sentral Efek Indonesia mencatat, jumlah investor reksadana sampai Februari 2022 mencapai 7,448,879. 

Jumlah yang besar ini sudah cukup sebagai bukti bahwa reksadana merupakan instrumen investasi terbaik. Lantas, apakah reksadana selalu menguntungkan? 

Sama halnya dengan instrumen lainnya, investasi reksadana juga risiko. Keuntungan memang benar ada, namun kita tidak bisa abai juga terhadap risikonya. Namun, mengingat reksadana punya berbagai tipe dengan sifat dan karakter yang berbeda, hal ini juga berakibat pada risiko yang berbeda antara reksadana yang satu dan yang lain.  

Definisi Reksadana

Sebelum membahas risiko dan keuntungan reksadana, yuk kita pahami dulu definisi reksadana untuk menambah pengetahuanmu.  

Berdasarkan situs www.idx.co.id atau situs resmi Bursa Efek Indonesia, reksadana adalah salah satu alternatif investasi bagi masyarakat pemodal, khususnya pemodal kecil dan pemodal yang tidak memiliki banyak waktu dan keahlian untuk menghitung risiko atas investasi mereka.

Reksadana dirancang sebagai sarana untuk menghimpun dana dari masyarakat yang memiliki modal, mempunyai keinginan untuk melakukan investasi, namun hanya memiliki waktu dan pengetahuan yang terbatas. Selain itu, Reksadana juga diharapkan dapat meningkatkan peran pemodal lokal untuk berinvestasi di pasar modal Indonesia.

Sementara jika mengacu pada Undang-Undang Pasar Modal No. 8 Tahun 1995, pasal 1 ayat (27) didefinisikan bahwa reksadana adalah wadah yang dipergunakan untuk menghimpun dana dari masyarakat pemodal untuk selanjutnya diinvestasikan dalam portofolio efek oleh Manajer Investasi.

Baca juga: Apakah Investasi Reksadana Bisa Rugi? Begini Penjelasan Lengkapnya

Risiko Reksadana  

Sederet keuntungan telah kita bahas, pertanyaannya, apakah reksadana selalu menguntungkan? Dalam jangka panjang kemungkinan besar “IYA”. Namun beberapa reksadana salah satunya reksadana saham dan reksadana obligasi tak jarang mengalami penurunan nilai.  Dilansir dari Tempo.co, berikut beberapa risiko reksadana:

1. Risiko Nilai Bunga 

Nilai bunga berpengaruh pada nilai return (imbal hasil) reksadana. Naik turunnya suku bunga akan menyebabkan fluktuasi return di instrumen pasar uang. Sementara perubahan suku bunga ini bisa terjadi kapan saja tanpa bisa diprediksi secara akurat. Itulah mengapa pemilik instrumen reksadana sebaiknya selalu update terhadap kondisi perekonomian

2. Risiko Wanprestasi

Risiko wanprestasi terjadi akibat adanya kegagalan pembayaran. Gagal bayar yang dimaksud di sini adalah kegagalan yang dialami oleh manajer investasi dalam mengembalikan dana investasi kepada investor. 

Namun, hal ini tidak akan terjadi jika Manajer Investasi dan APERD sudah berizin dan diawasi oleh OK. 

3. Risiko Likuiditas

Likuiditas merupakan kemampuan sebuah aset untuk bisa dicairkan menjadi uang tunai. Pada dasarnya instrumen investasi yang satu ini memiliki likuiditas yang cukup tinggi dan bisa dicairkan kapan saja. 

Namun, ada kondisi di mana likuiditas ini menjadi rendah alias aset sulit untuk dicairkan, yaitu saat semua pemegang unit reksadana ingin menjual kembali aset-aset yang dimiliki. Imbasnya, manajer investasi akan mengalami kesulitan untuk mempersiapkan dana investor. 

4. Risiko Ekonomi dan Politik

Inilah alasan kenapa sebaiknya para investor harus mulai update dengan perkembangan kondisi ekonomi dan politik agar bisa membuat prediksi untuk perkembangan aset yang dimiliki.  

Selain itu, ada juga risiko yang berasal dari faktor-faktor luar. Contoh, perubahan regulasi terkait investasi reksadana. Perubahan peraturan ini dapat terjadi kapan saja dan mungkin akan sulit untuk diantisipasi.

Keuntungan Reksadana 

Tanpa potensi keuntungan, investasi tidak ada artinya. Begitu pula dengan reksadana yang punya sederet keuntungan.  

Untuk investor pemula reksadana bisa menjadi andalan investasi. Karena investasi reksadana benar-benar mudah dengan dukungan teknologi digital di mana investasi reksadana dapat dilakukan melalui platform online atau aplikasi mobile. Sebagai contoh di Bibit, kamu bisa memilih produk reksadana terbaik dari berbagai tipe reksadana yang ada. 

Sampai artikel ini ditulis (12 Oktober 2022) berikut reksadana terbaik di Bibit beserta keuntungannya. 

1. Reksadana Saham 

Sucorinvest Equity Funds menjadi reksadana saham dengan return terbesar di Bibit dalam satu tahun terakhir dengan keuntungan 16,57%. 

2. Reksadana Obligasi

Sucorinvest Stable Funds menjadi reksadana obligasi dengan return terbesar di Bibit dalam satu tahun terakhir dengan keuntungan 6,67% 

3. Reksadana Pasar Uang

Sucorinvest Money Market Fund menjadi reksadana pasar uang dengan return terbesar di Bibit dalam satu tahun terakhir dengan keuntungan 4,60%. 

Setelah tahu keuntungan beberapa reksadana di Bibit, kita lanjut lagi ke keuntungan reksadana secara umum.  Dihimpun dari berbagai sumber, sederet keuntungan investasi reksadana. 

Dikelola oleh Profesional

Pengelolaan portofolio reksadana dilaksanakan oleh perusahaan Manajer Investasi yang yang mengkhususkan keahliannya dalam hal pengelolaan dana investor. 

Peran Manajer Investasi sangat penting mengingat investor individu pada umumnya mempunyai keterbatasan waktu, sehingga tidak dapat melakukan riset secara langsung dalam menganalisa harga efek serta mengakses informasi ke pasar modal. 

Di sinilah investasi reksadana menjadi mudah karena analisis, penempatan dana, hingga pengoptimalan keuntungan reksadana dilakukan oleh profesional dan ahli. 

Diversifikasi Investasi

Diversifikasi atau penyebaran investasi yang terwujud dalam portofolio akan mengurangi risiko kerugian. Pasalnya, dana investor akan ditempatkan pada berbagai jenis efek sehingga risikonya pun juga tersebar. Dengan kata lain, risiko reksadana tidak sebesar risiko bila seorang membeli satu atau dua jenis saham atau efek secara individu. 

Di dalam produk reksadana sendiri, ada berbagai tipe reksadana yang bisa kamu pilih untuk diversifikasi. Sebagai contoh dalam satu portofolio reksadana, kamu menempatkan dana pada reksadana saham, reksadana pasar uang, dan reksadana pendapatan tetap. 

Transparansi Informasi

Perusahaan Manajer Investasi wajib memberikan informasi atas perkembangan portofolio reksadana dan biayanya secara berkelanjutan sehingga pemegang Unit Penyertaan atau investor dapat memantau keuntungan reksadana, biaya, dan risikonya setiap saat. 

Selain itu, pengelola reksa dana juga wajib mengumumkan Nilai Aktiva Bersih (NAB) setiap hari serta menerbitkan laporan keuangan secara berkala serta prospektus dengan teratur sehingga Investor dapat memonitor perkembangan investasinya secara rutin.

Baca Juga: Berapa Minimal Nabung Reksadana di Bibit? Segini Jumlahnya

Likuiditas Tinggi

Agar investasi yang dilakukan berhasil, setiap instrumen investasi harus mempunyai tingkat likuiditas yang cukup tinggi termasuk reksadana.

Dengan demikian, investor dapat mencairkan kembali reksadana setiap saat sesuai ketetapan Manajer Investasi dan Agen Penjual Reksadana (APERD) demi memudahkan investor mengelola portofolio investasinya. 

Reksadana sendiri memang dikenal punya likuiditas tinggi, atau mudah diperoleh juga mudah dijual. 

Biaya Rendah

Karena reksadana merupakan kumpulan dana dari banyak investor pemodal dan kemudian dikelola secara profesional, maka sejalan dengan besarnya kemampuan untuk melakukan investasi tersebut akan menghasilkan pula efisiensi biaya transaksi. Biaya transaksi akan menjadi lebih rendah dibandingkan apabila investor individu melakukan transaksi sendiri di pasar bursa. 

Itu dia return dan risiko reksadana. Tidak ada investasi yang selalu menguntungkan sebab investasi senantiasa berisiko. Kendati demikian, tidak perlu ragu untuk berinvestasi reksadana. Mengingat, adanya keberadaan Manajer Investasi, Bank Kustodian, dan APERD Online yang profesional serta kredibel sudah cukup menjamin bahwa investasi dalam instrumen ini sangat aman dan menguntungkan.