Pada Jumat (25/10) sore, nilai tukar rupiah ditutup di level Rp15.646 per dolar AS. Mata uang indonesia ini mengalami penurunan sebesar 62 poin, atau 0,40 persen, dibandingkan penutupan perdagangan sebelumnya.
Meskipun demikian, kurs referensi Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (Jisdor) dari Bank Indonesia (BI) menempatkan rupiah ke posisi Rp15.593 per dolar AS pada perdagangan sore di hari tersebut.
Penyebab Menurunnya Nilai Tukar Rupiah
Menurut Lukman Leong, seorang pengamat komoditas dan mata uang, rupiah dan mata uang regional pada umumnya melemah terhadap dolar AS sebagai akibat dari penurunan harapan akan pemangkasan suku bunga agresif Federal Reserve.
Lebih lanjut Lukman juga menyatakan bahwa kemungkinan terpilihnya kembali presiden Donald Trump untuk kedua kalinya juga menjadi penyebab rupiah mengalami penurunan.
Aktivitas Bisnis Amerika Serikat yang Meningkat
Di tengah aktivitas bisnis AS yang meningkat juga ditengarai menjadi penyebab nilai tukar rupiah terhadap dolar AS turun pada perdagangan Jumat kemarin.
Taufan Dimas Hareva, analis ICDX, mengatakan, "Aktivitas bisnis yang ditunjukkan oleh PMI AS membaik, dengan sektor jasa mencatat ekspansi dan manufaktur tetap terkontraksi."
Di Amerika Serikat, klaim pengangguran turun tajam setiap minggu, dengan jumlah orang yang mengajukan tunjangan pengangguran turun sebesar 15.000 menjadi 227.000, lebih tinggi dari perkiraan ekonom.
Meskipun masih dipengaruhi oleh bencana alam seperti Badai Milton, Taufan mengatakan penurunan itu mencerminkan kekuatan pasar tenaga kerja.
Sebaliknya, pemogokan besar-besaran yang dilakukan oleh 33.000 pekerja Boeing telah memperburuk data tenaga kerja dan menimbulkan ketidakpastian di pasar tenaga kerja.
Pasar mulai memposisikan diri untuk pelonggaran kebijakan moneter lebih lanjut karena inflasi telah terkendali dan banyak orang mengantisipasi pemotongan suku bunga Federal Reserve sebesar 25 basis poin pada pertemuan November 2024.
Memanasnya Timur Tengah
Sementara itu, pengamat pasar uang, Ibrahim Assuaibi menyatakan bahwa pelemahan rupiah pada hari Jum’at juga disebabkan oleh sentimen eksternal seperti konflik Timur Tengah.
“Meningkatnya ketegangan di Timur Tengah juga menekan selera risiko, setelah Israel menyampaikan retorika keras terhadap Iran minggu ini,” kata Ibrahim.
Para pelaku pasar sendiri juga tengah menunggu respons Israel terhadap serangan rudal Iran pada 1 Oktober yang lalu. Serangan tersebut bisa jadi membuat Israel melakukan penyerangan terhadap infrastruktur minyak Teheran dan mengganggu pasokan. Walaupun laporan mengatakan Israel akan menyerang target militer Iran, bukan target nuklir atau minyak, namun kekhawatiran itu masih ada.
Baca juga: Tahukah Kamu 100 Dollar Berapa Rupiah? Ketahui Disini!
Itulah informasi tentang nilai tukar rupiah yang terjadi pada Jum’at yang lalu. Apakah keadaan menurunnya nilai tukar rupiah ini akan terus berlanjut atau mungkin malah sebaliknya jadi menguat? Tentu saja kita tidak bisa memastikannya karena nilai tukar rupiah ini dipengaruhi oleh banyak faktor.
Melihat keadaan nilai tukar mata uang yang begitu penting seharusnya kita juga perlu cermat dengan finansial kita. Jangan sampai kita lengah dengan tidak mengatur keuangan sehingga terperosok dalam jerat finansial. Untuk itulah kta perlu berinvestasi di tempat yang tepat seperti di Aplikasi Bibit (PT Bibit Tumbuh Bersama), yang berizin dan diawasi Otoritas Jasa keuangan (OJK).
Di Aplikasi Bibit ini kamu bisa investasi pada reksadana, saham dan obligasi negara (SBN, FR, PBS). Selain aman, investasi di Bibit juga akan membuatmu mendapat cuan yang menarik karena ada banyaknya fitur yang mendukung investasimu.