Investasi tak pernah mati. Bahkan di tengah pandemi seperti sekarang ini, aktivitas investasi tetap ramai. Sebab siapa sih yang nggak mau dapat untung, baik di masa sekarang maupun masa depan?
Ada memang investasi yang rentan terpengaruh oleh kondisi sosial, politik, dan ekonomi bahkan bencana, seperti investasi pasar saham. Akan tetapi, hal itu tetap tak menurunkan geliat investasi para investor karena masih banyak trik yang bisa dilakukan untuk tetap cuan di masa pandemi.
Di investasi reksadana contohnya. Caranya bisa “diakali” dengan diversifikasi atau membangun portofolio reksadana. Ada yang belum tahu apa itu portofolio reksadana?
Portofolio reksadana adalah kumpulan beberapa reksadana sekaligus yang dimiliki investor untuk tujuan diversifikasi. Artinya, kalau ada salah satu reksadana sedang kurang bagus performanya, bisa ditutupi oleh reksadana lain yang kinerjanya lebih bagus. Dengan demikian bisa disimpulkan portofolio reksadana bisa menjadi cara untuk hindari rugi.
Ketahui tips dan trik investasi untuk millenials di sini
Lalu bagaimana caranya membangun portofolio reksadana?
Pahami Karakter Reksadana
Kamu pasti sudah pada tahu kalau reksadana itu banyak jenisnya. Ada reksadana saham, reksadana obligasi atau pendapatan tetap, dan reksadana pasar uang. Nah, setiap reksadana ini ada karakternya masing-masing. Reksadana saham misalnya. Reksadana ini dikenal memiliki imbal hasil lebih besar dibanding jenis reksadana lainnya. Meski begitu, buat kamu pemula reksadana ini cukup berisiko karena fluktuasinya mengikuti perkembangan pasar saham.
Karena itu, kamu portofolio reksadanamu perlu ditambah untuk meminimalisir kerugian kalau memang tetap ingin berinvestasi reksadana saham. Caranya, bisa dengan menambah reksadana pasar uang sebagai portofolio reksadanamu. Soalnya, reksadana ini relatif tahan banting dengan keuntungan yang juga kompetitif. Coba bayangkan dua-duanya sedang bagus. Kamu bisa untung berlipat dari berbagai portofolio reksadanamu.
Kamu yang punya dana lebih, dapat juga menambah satu reksadana lagi untuk portofolio reksadana dengan reksadana obiligasi atau reksadana pendapatan. Imbal hasil (return) reksadana obligasi sendiri lebih tinggi dibandingkan reksadana pasar uang, yakni berkisar antara 7-10% pertahun. Jadi ini bisa menjadi strategimu dalam investasi reksadana. Tujuannya, tak lain tak bukan agar investasi tetap untung dan terhindar dari kerugian.
Ketahui arti penting portofolio investasi biar kamu nggak rugi di sini
Ingat, Apa Tujuan Investasimu?
Tujuan, tujuan, tujuan! Jangan berinvestasi deh kalau kamu nggak tahu tujuanmu apa. Ini serius loh, karena tujuan akan mengarahkanmu pada investasi yang tepat, bukan sekadar ikut-ikutan arus. Sebagai contoh, kamu investasi sekaligus belajar memahami dunia investasi. Bagus! Kamu investasi untuk mendapat passive income. Mantap! Atau kamu investasi untuk mempersiapkan masa depan. Yahuud! Apapun tujuan investasimu, itu semua keren. Yang nggak keren itu nggak tahu apa tujuan investasimu.
Ilustrasinya begini, sebutlah kamu punya dana sekitar Rp3.000.000 untuk investasi reksadana. Return dari investasi tersebut ingin kamu jadikan sebagai passive income. Namun, kamu merasa dana tersebut juga ingin kamu jadikan persiapan dana pensiun. Alternatifnya, kamu bisa memilih cara ini: Bagi dana investasimu ke dalam beberapa jenis reksadana. Misalnya reksadana saham untuk passive income. Kemudian untuk persiapan dana pensiun pilih reksadana pasar uang. Selain itu, kamu juga bisa memilih strategi lain seperti memilih Manajer Investasi (MI) yang berbeda dengan jenis reksadana yang sama. Tipsnya, pastikan MI yang kamu pilih kredibel dan kinerjanya baik.
Mengenali Profil Risikomu Sebagai Investor
Setelah menentukan tujuan investasi, langkah yang perlu kamu lakukan dalam membuat portofolio reksadanamu adalah mengenali profil risiko diri sendiri. Dalam hal ini terdapat 3 kategori untuk membedakan jenis profil risiko investor seperti berikut ini:
1. Konservatif (Risiko Rendah)
Perjalanan awal para pemula dalam menapaki dunia investasi biasanya akan dimulai dengan tingkat kehati-hatian yang tinggi. Maka dari itu pilihan instrumen investasi yang mereka pilih juga yang sangat minim dengan risiko kerugian.
Jadi keamanan dana investasi sangat mereka jaga karena rasa takut yang masih begitu besar. Hal ini bisa juga karena pengetahuan investasi yang belum terlalu mumpuni. Maka dari itu investor jenis ini masuk dalam kategori tipe konservatif.
2. Moderat (Risiko Menengah)
Investor dalam kategori moderat biasanya cenderung memiliki tujuan investasi jangka menengah. Investor tipe ini mulai masuk dalam tahap mempunyai percaya diri dalam mengarungi dunia investasi.
Oleh sebab itu pilihannya investasi yang biasa mereka ambil adalah investasi yang memiliki imbal hasil yang fluktuasinya tidak terlalu tinggi. Ini karena investor tipe moderat masih belum berani mengambil risiko yang terlalu besar.
3. Agresif (Risiko Tinggi)
Investor tipe agresif merujuk pada orang-orang yang mentalnya sudah sangat siap dalam menghadapi tingkat risiko yang begitu tinggi. Karena dengan risiko yang tinggi akan berbanding lurus juga dengan potensi imbal hasil yang besar yang terkandung dalam instrumen investasi tersebut.
Tentu saja jam terbang dan pengalaman dalam dunia investasi sudah pasti dimiliki oleh para investor tipe agresif ini. Karena mereka sudah tahu tentang risiko yang bisa mengakibatkan dana investasi mereka bisa terkuras secara drastis. Karena fluktuasi instrumen investasi yang mereka gunakan tergolong sangat ekstrim demi imbal hasil yang sangat besar pula.
Kesimpulannya ada beberapa hal yang bisa kamu jadikan pedoman dalam menentukan profil risikomu. Pertama adalah jangka waktu dalam dunia investasi, semakin lama seseorang berinvestasi maka semakin besar pula risiko yang berani mereka ambil. Jadi memang pengalaman dari seorang investor merupakan hal yang tidak bisa diajarkan melainkan harus dijalani dalam berinvestasi.
Kedua adalah kondisi finansial, kenapa hal ini bisa mempengaruhi profil risiko seorang investor? Jawabannya karena seseorang yang mempunyai penghasilan minim akan lebih berhati-hati dalam memilih produk investasi yang aman dengan risiko rendah. Sedangkan orang dengan penghasilan besar cenderung mengalokasikan dananya lebih banyak ke produk investasi dengan risiko tinggi.
Selanjutnya adalah perbedaan tanggungan hidup masing-masing investor. Sebab biaya bulanan untuk menghidupi tanggungan hidup seorang investor akan berpengaruh besar terhadap instrumen jenis apa yang akan mereka gunakan dalam investasi. Karena kebutuhan pokok setiap bulan tentu tidak bisa diabaikan begitu saja untuk disalurkan dalam dana investasi.
Terakhir adalah pengetahuan tentang seluk beluk dunia investasi. Jadi kesimpulannya, semakin seseorang memiliki pengetahuan seputar dunia investasi maka ia akan lebih siap menghadapi risikonya. Karena dengan adanya pengetahuan, investor bisa mempersiapkan strategi terbaik bila berhadapan dengan situasi dan kondisi yang tidak mereka harapkan.
Untungnya Bibit sudah mempunyai teknologi Robo Advisor yang akan membantumu mengenali profil risiko dengan cara yang lebih mudah. Saat pertama kali menggunakan aplikasi Bibit kamu akan mendapatkan beberapa pertanyaan singkat. Jawaban kamu itu yang akan Robo Advisor jadikan dasar dalam menentukan risk skormu.
Barulah setelah itu kamu akan mengetahui masuk dalam kategori apa profil risikomu. Apalagi pada zaman yang serba mobile ini, Bibit tentu sangat cocok sebagai partner anak muda untuk memulai memiliki reksadana. Kamu bisa mulai registrasi di Bibit dengan penjelasan lengkap pada artikel berikut ini.
Jadi setelah penjelasan barusan kamu bisa lebih mengerti tentang bagaimana portofolio reksadana sangat penting dalam mengarungi dunia investasi. Selain untuk meminimalisir kerugian, juga agar kamu bisa untung berlipat. Jadi tidak ada salahnya, kamu berinvestasi di semua jenis reksadana agar portofoliomu kuat di Bibit.id. Karena, di investasi reksadana online Bibit, banyak produk reksadana yang bisa kamu pilih dengan MI profesional yang siap memberikanmu keuntungan. Cuan bisa kamu dapatkan lewat genggaman. Yuk download aplikasinya di Google Play dan App Store.