Seperti instrumen investasi yang lain, reksadana juga memiliki risikonya sendiri walaupun tergolong rendah. Reksadana pasti akan mengalami fase penurunan atau biasa investor sebut sebagai reksadana minus. Tapi kamu juga tidak perlu panik berlebihan karena hal ini sebenarnya wajar terjadi, yang perlu kamu lakukan adalah mengetahui tindakan yang tepat dalam menghadapi situasi tersebut.
Setiap kejadian pasti ada hal yang menyebabkannya, tidak terkecuali reksadana yang minus. Reksadana minus bisa terjadi karena efek dari berbagai macam hal. Misalnya bencana alam, konflik perang, wabah penyakit maupun kebijakan ekonomi yang berlaku pada suatu negara. Untuk itu kemampuan mengambil keputusan yang tepat dalam menyikapinya wajib investor miliki.
Penyebab Reksadana Minus
Namun sebelum melangkah ke pembahasan tersebut, alangkah baiknya terlebih dahulu kita mengenali secara lebih mendalam mengenai alasan-alasan yang menyebabkan reksadana menjadi minus.
1. Performa IHSG Menurun
IHSG merupakan singkatan dari Indeks Harga Saham Gabungan yang ada pada dunia pasar modal. Performa IHSG ini tentu bisa sangat mempengaruhi fluktuasi harga dari reksadana. Hal ini karena seperti yang kita tahu bahwa beberapa jenis produk reksadana memiliki instrumen investasi saham dalam komposisinya.
Apalagi jenis produk seperti reksadana saham yang sebagian besar dana investasinya Manajer Investasi (MI) salurkan ke instrumen saham. Maka tidak heran saat IHSG mengalami penurunan performa maka berdampak langsung ke fluktuasi harga instrumen reksadana.
Baca juga: 5 Strategi Reksadana Biar Investasimu Cuan Maksimal
2. Faktor Internal dan Eksternal
Perubahan kondisi internal maupun eksternal dalam suatu negara juga dapat berpengaruh pada pergerakan instrumen investasi termasuk reksadana. Faktor internal seperti terpilihnya pemimpin suatu negara baik itu presiden maupun perdana menteri bisa secara signifikan mempengaruhi kondisi ekonomi negara tersebut.
Hal ini karena akan berhubungan dengan trust issue atau kepercayaan khususnya investor asing untuk menanamkan maupun menarik modal investasinya. Kembali lagi terhadap reputasi dan pengambilan kebijakan baru oleh pemimpin negara yang bersangkutan.
Sedangkan faktor eksternal yang bisa mempengaruhi kondisi ekonomi negara juga tidak kalah banyak. Contohnya fenomena baru-baru ini yaitu kondisi perang antara rusia dan ukraina yang menyebabkan beberapa negara mengalami krisis energi dan bahan pangan.
Hal ini karena rusia merupakan penghasil batu bara dan gandum yang merupakan komoditas penting, khususnya untuk wilayah eropa. Dengan kondisi perang yang tak kunjung usai maka otomatis komoditas-komoditas tersebut menjadi langka dan mengalami kenaikan harga yang signifikan. Tentu ini akan menyebabkan ekonomi negara yang krisis energi dan pangan menjadi sulit.
Masih berhubungan dengan komoditas energi yaitu batubara, pada awal tahun 2022 ini Indonesia sempat memberlakukan pelarangan ekspor batubara. Alasannya karena krisis pasokan kebutuhan batubara dalam negeri yang malah tidak terpenuhi, padahal Indonesia adalah penghasil komoditas itu sendiri.
Alhasil banyak negara pembeli yang protes seperti jepang, filipina dan korea selatan karena keberlangsungan industrinya tersendat akibat kebijakan larangan ekspor ini. Walaupun akhirnya larangan ekspor ini hanya seumur jagung, namun dampaknya terasa pada instrumen investasi termasuk reksadana.
Tidak hanya berdampak pada penurunan nilai instrumen investasi saja namun faktor internal maupun eksternal juga bisa mempengaruhi kenaikan nilai instrumen investasi. Baru-baru ini Indonesia juga sedang mengalami kekalahan dalam gugatan ekspor nikel di organisasi perdagangan dunia (WTO).
Ini karena Presiden Jokowi mengambil kebijakan larangan ekspor nikel mentah karena ingin mengolahnya sendiri dahulu menjadi barang setengah jadi dan jadi. Tujuannya agar ekspornya memiliki nilai jual yang lebih tinggi. Namun hal ini tentu membuat banyak pelaku industri, di Uni Eropa khususnya yang meradang karena kekurangan bahan baku.
Karena saat ini nikel merupakan bahan komoditi penting untuk membuat baterai kendaraan listrik yang memang sedang berkembang pesat belakangan ini karena sifatnya yang ramah lingkungan dan hemat energi. Situasi ini tentu berdampak langsung pada harga saham emiten yang bergerak pada industri tambang nikel yang bergerak naik.
3. Keluarnya Dana Investor Asing
Hal ini berkaitan dengan suntikan dana investasi dari investor asing pada suatu negara. Peran investor asing ini tidak bisa dikesampingkan karena mempunyai dampak besar pada perkembangan perekonomian negara. Apalagi untuk negara-negara berkembang, salah satunya Indonesia.
Maka jika terjadi penarikan dana investasi investor asing secara besar-besaran tentu akan mengakibatkan banyak hal negatif. Salah satunya keberlangsungan industri negara tersebut tersendat sehingga perkembangan perekonomiannya melambat atau bahkan mengalami kemunduran. Tentu hal ini tidak baik untuk instrumen investasi di negara itu.
Tips Menyikapi Reksadana Minus
Pertanyaannya harus bagaimana kita sebagai investor dalam menghadapi atau menyikapi reksadana milik kita yang minus? Ada beberapa hal yang bisa kamu lakukan seperti berikut ini:
1. Berpegang Teguh Pada Tujuan Finansial
Tujuan investasi semua investor tidak lain adalah untuk mendapatkan keuntungan. Instrumen reksadana ini sendiri bisa kamu lakukan untuk investasi jangka pendek, menengah maupun panjang. Sebab reksadana memiliki beberapa jenis produk yang memiliki tingkat risiko yang berbeda pula.
Namun untuk memaksimalkan keuntungan dari reksadana itu sendiri sebaiknya kamu lakukan dalam jangka waktu yang panjang yaitu berkisar 5 tahun ke atas. Misalnya sebagai dana pendidikan anak dengan jangka waktu 10 tahun.
Jika reksadana mengalami minus beberapa bulan jangan panik untuk langsung menjualnya. Bisa jadi itu hanya koreksi sementara, sedangkan potensi keuntungannya masih begitu besar untuk jangka waktu yang lama tersebut.
2. Bersabar Dan Tidak Gegabah Untuk Menjual Reksadana
Berhubung investasi diperuntukkan untuk tujuan atau kebutuhan di masa yang akan datang, tentu dananya tidak diperlukan dalam waktu dekat. Meskipun dalam portofolio investor reksadana menunjukkan nilai minus, investor belum mengalami kerugian sedikitpun.
Selama kamu belum menjual reksadana milikmu, kerugian di portofolio masih dianggap sebagai floating loss yaitu kerugian yang belum terealisasi. Jadi jika kamu gegabah dalam menjual reksadana karena rasa panik melihat nilainya minus malah akan merugikanmu. Sebaiknya lakukan analisa terlebih dahulu dari berbagai aspek sebelum mengambil suatu keputusan.
Baca juga: Pahami Arti Reksadana? Keuntungan Dan Kerugiannya
3. Diversifikasi Investasi
Diversifikasi investasi merupakan tindakan lumrah yang banyak investor lakukan. Hal ini investor lakukan untuk meminimalisir risiko yang ada pada reksadana. Misal kamu memiliki reksadana saham minus.
Kemudian daripada mencairkan dana dan mengalami cut loss, lebih baik untuk mengalihkannya terlebih dahulu sebagian dananya ke jenis reksadana lain. Tentunya jenis reksadana yang risikonya lebih rendah sembari melihat kondisi pergerakan reksadana sahammu sebelum mengambil keputusan berikutnya.
Kamu juga bisa menjadikan diversifikasi reksadana untuk tujuan lain, salah satunya untuk dana darurat. Produk yang sesuai adalah reksadana pendapatan tetap, sebab reksadana jenis ini lebih stabil fluktuasi harganya daripada produk reksadana lainnya.
4. Peluang Untuk Menambah Jumlah Investasi
Hah, reksadana sedang minus malah harus top up investasi reksadana? Gak salah tuh? Tenang tenang, semua ada penjelasan logisnya kok. Jadi ibaratkan kamu sedang memilih baju di sebuah toko dan ada baju dengan harga normal dan harga diskon. Bayangkan jika kamu menjadi pengunjung toko tersebut, pasti tergiur kan untuk membeli baju dengan harga diskon.
Lalu mengapa tidak memperlakukan investasi reksadana sama dengan analogi tersebut? Jika reksadana minus maka nilai aktiva bersihnya juga minus. Ini berarti kesempatan yang bagus bagimu untuk membeli atau menambah kepemilikan reksadana.
Tindakan ini bertujuan mendapatkan keuntungan di masa mendatang karena harga rata-rata pembelianmu semakin rendah. Namun tidak semua reksadana diskon itu bagus y, kamu juga tetap perlu menganalisis terkait produk dan kinerja manajer investasi sebelum mengambil keputusan.
Itu dia pembahasan mengenai berbagai faktor yang mempengaruhi reksadana sehingga bisa menjadi minus. Semoga dengan tips yang sudah Bibit berikan, ke depannya kamu bisa tahu apa yang sebaiknya dilakukan jika menghadapi situasi seperti itu. Ayo jangan menunda-nunda lagi untuk memulai investasi reksadanamu, di mana lagi kalau bukan di Bibit.