Reksadana menjadi salah satu pilihan investasi paling aman. Untuk pemula investasi juga ini bisa dianggap andalan karena mudah dilakukan. Pasalnya, dana yang investor setorkan akan dikelola oleh Manajer Investasi (MI). Sebagai investor kamu jadi tinggal memantau pergerakan reksadana yang dimiliki.
Namun, tetap diperlukan strategi yang tepat untuk mendapatkan cuan maksimal. Artinya, kamu tidak harus selalu menyerahkan semuanya kepada Manajer Investasi (MI). Mengingat, reksadana terdiri dari banyak tipe dengan karakter dan kelebihannya masing-masing. Strategi reksadana menjadi cukup krusial saat kamu semua membidik keuntungan.
Strategi Reksadana untuk Cuan Maksimal
Dihimpun dari berbagai sumber, berikut strategi yang bisa diterapkan saat investasi reksadana.
Kenali Jenis Keuntungan Tiap Reksadana
Keuntungan investasi reksa dana adalah capital gain, yaitu peningkatan modal yang diinvestasikan pada setiap produk reksadana. Menariknya, ada beberapa tipe reksadana dengan tingkat return (keuntungan) berbeda-beda.
Reksadana saham misalnya. Reksadana ini dikenal menjanjikan keuntungan yang besar bisa lebih dari 10-20% pertahun. Namun, jangan lupakan juga risikonya yang tinggi. Lalu ada reksadana pasar uang yang minim risiko dan reksadana obligasi yang berkarakter moderat. Dengan mengetahui tiap-tiap reksadana kamu jadi bisa menentukan kira-kira reksadana mana yang sesuai dengan profil.
Sesuaikan dengan Tujuan Keuangan
Ada investor yang berinvestasi untuk tujuan jangka pendek, ada pula yang bertujuan jangka panjang demi mewujudkan goals tertentu. Saat kamu punya tujuan investasi jangka pendek, sebaiknya tidak memilih reksadana saham lantaran fluktuasinya yang tinggi. Sementara investasi jangka pendek, misalnya untuk menabung dan “menyelamatkan uang” lebih cocok reksadana pasar uang yang stabil. Saat sudah menyesuaikan tujuan keuangan dengan jenis reksadana, saatnya menerapkan strategi reksadana lanjutan.
Baca juga: Cara Efektif Menghindari Risiko Kerugian dalam Investasi Reksadana
Strategi Reksadana Rutin atau DCA
DCA singkatan dari Dollar Cost Averaging. Sederhananya, DCA adalah menabung atau investasi rutin ke suatu produk investasi. Strategi ini bisa kamu terapkan dalam reksadana dengan mengabaikan fluktuasi atau naik-turunnya nilai instrumen tersebut. Berbekal keyakinan bahwa pada akhirnya tipe reksadana apa pun akan mengalami kenaikan, DCA cocok buat investor berpenghasilan rutin. Untuk investor pemula sebaiknya memilih reksadana pasar uang dan obligasi saat akan mempraktikkan strategi reksadana ini.
Lumpsum
Strategi reksadana ini kebalikan dari DCA, yaitu strategi untuk menginvestasikan seluruh dana yang kamu miliki, tanpa menambah lagi nilainya (top up) dalam periode tertentu. Strategi lump sum dekat dengan aktivitas trading di mana kamu membeli saat harga unit reksadana turun dalam jumlah besar. Tahan beberapa waktu, kemudian kamu jual lagi saat nilainya naik. Untuk menerapkan lumpsum memerlukan dana yang tidak sedikit. Selain itu kamu juga harus sudah mampu menganalisis pasar dan memprediksi timing. Kapan saat yang tepat untuk beli, dan kapan saat yang pas buat jual.
Baca juga: Gaji Di Bawah 5 Juta Cocoknya Investasi Apa? Ini Dia Pilihannya!
Strategi Average Up
Strategi ini sebenarnya lebih dikenal dalam investasi saham. Sederhananya, membeli saham secara bertahap demi memaksimalkan keuntungan. Namun, dalam reksadana strategi average up ini juga dapat dipraktikkan lhp. Contohnya kamu sudah punya 1.000 unit reksadana saham A dengan nilai per unitnya Rp500. Setengah tahun kemudian, nilai unitnya naik menjadi Rp1.000. Bukannya menjual, kamu malah menambah kepemilikan reksadana saham A dengan top up. Setahun kemudian, nilai unit reksadana tersebut naik lagi menjadi Rp1.500. Pada saat itu kamu baru memutuskan menjual seluruh reksadana saham A yang dimiliki. Seluruh proses ini merupakan penerapan strategi reksadana average up.
Itulah beberapa strategi reksadana yang dapat kamu lakukan untuk mendapat keuntunga maksimal. Ada strategi yang sudah kamu praktikkan?