Dalam berinvestasi, setiap orang pastinya mengharapkan keuntungan dan menghindari kerugian. Tapi dalam setiap usaha, termasuk investasi reksadana, pasti akan ada risiko yang menyelimutinya. Dari sinilah kemudian muncul orang-orang bertipe risk averse atau mereka yang menghindari risiko dan enggan berinvestasi, terutama di pasar modal. Alasan yang biasanya membuat mereka enggan menjalankan investasi reksadana ini adalah ketidaktahuan pada proses serta cara mengelolanya.
Dari sini kemudian mereka yang takut dengan investasi, memutuskan untuk menyimpan uangnya secara konvensional yakni menabung di celengan atau di bank. Padahal cara menabung ini juga memiliki risiko yang lebih nyata yakni nilai mata uang yang terus menurun seiring waktu karena inflasi. Tapi apakah benar investasi reksadana ini memiliki risiko kerugian? Berikut penjelasannya.
Setiap Investasi Ada Risikonya
Seperti disebutkan sebelumnya bahwa setiap investasi memang ada risikonya. Begitu pun dengan investasi reksadana, tentu akan ada risiko yang ada dibaliknya. Wujud risiko dalam investasi reksadana sendiri adalah berkurangnya nilai investasi dan bahkan hilang. Dari sini maka bila risiko tersebut terjadi akan membuat investor mendapat kerugian. Tapi jangan terlalu khawatir, sebab ada solusi untuk meminimalisir tingkat risiko reksadana tersebut.
Jadi dalam reksadana ini kita memang akan mendapati beberapa jenis aset seperti deposito, obligasi, saham dan surat utang negara. Nah setiap aset ini memiliki karakter tersendiri pada pergerakan nilainya yang didasarkan pada kondisi ekonomi di sebuah negara. Contohnya adalah reksadana saham yang nilainya akan turun bila suku bunga Bank Indonesia (BI) naik. Tapi hal ini tidak berlaku pada reksadana pasar uang yang ternyata nilainya justru akan naik ketika suku bunga Bank Indonesia (BI) naik. Kenaikan reksadana pasar uang ini dikarenakan investor mengharapkan imbal hasil yang tinggi dari deposito bebas risiko.
Solusi untuk Meminimalisir Risiko Reksadana
Nah solusi untuk kamu yang ingin meminimalisir risiko dari investasi reksadana ini bisa melakukan diversifikasi. Melakukan diversifikasi ini maksudnya adalah kamu harus mengambil lebih dari satu jenis investasi reksadana atau mengambil reksadana campuran. Dengan mengambil lebih dari satu jenis investasi atau reksadana campuran, maka kita bisa memiliki cadangan kenaikan pada satu reksadana bila jenis reksadana lain nilainya sedang menurun.
Kemudian kamu juga harus mempunyai tujuan finansial yang benar-benar jelas. Maksudnya kapan dan berapa target nominal yang kamu butuhkan dalam tujuan finansial tersebut. Dengan mengetahui nominal dan jangka waktunya kamu bisa menentukan jenis reksadana apa yang sesuai dari segi risiko dan imbal baliknya.
Sehingga perencanaan yang kamu buat cocok dengan produk reksadana dengan tujuan meminimalisir kerugian yang bisa saja terjadi. Untuk lebih jelasnya dalam memilih reksadana yang baik, berikut artikel Bibit yang berguna untuk kamu dalam memilih reksadana yang baik.
Setelah menentukan produk investasi perlu juga untuk mengecek reputasi dari manajer investasi yang akan kamu gunakan jasanya. Bisa kamu lihat dari berapa lama pengalaman dan history kinerja dari setiap manajer investasi.
Poin paling utama adalah tidak adanya history gagal bayar dalam selama manajer investasi itu mengelola dana investor. Karena tentu saja ini merupakan hal yang tidak diinginkan oleh investor manapun juga. Untungnya Bibit sebagai perusahaan fintech telah menjalin kerjasama dengan manajer investasi pilihan yang mempunyai reputasi cemerlang dalam mengelola dana investor serta selalu membayar return kepada investornya.
Hal selanjutnya yang bisa kamu lakukan adalah dengan rutin berinvestasi reksadana. Langkah ini bisa dilakukan dengan rentan waktu sebulan sekali. Baik saat investasi reksadana sedang naik maupun turun. Sebab dengan cara ini apabila reksadana masih dalam performance yang bagus, tentunya akan memberikan keuntungan pada masa depan saat waktu tujuan finansial yang kamu inginkan tiba.
Terakhir adalah jangan mudah panik saat menghadapi segala situasi. Memang benar saat melihat dana investasi sedang turun umumnya kebanyakan orang akan merasa panik. Namun kepanikan ini malah akan menyebabkan pengambilan keputusan yang terburu-buru dan cenderung ceroboh.
Misalnya dalam keadaan portofolio reksadana sedang turun, berarti status investasi adalah floating loss atau kerugian yang belum terealisasikan. Namun bila merasa panik dan langsung menjual reksadana tersebut, tentunya langkah ini malah merealisasikan kerugian itu.
Padahal tujuan finansialnya jangka panjang dan kinerja dari reksadana itu sebenarnya masih dalam kategori performance yang baik. Maka sebenarnya bisa kamu lakukan langkah sebelumnya yaitu hold dan rutin investasi setiap sebulan sekali.
Walaupun reksadana ini memang nilainya bisa berubah-ubah atau fluktuatif, tapi dana yang kamu investasikan akan tetap tersimpan dan tidak akan berkurang atau hilang hingga 100 persen. Mengapa bisa demikian? Karena dalam pasar modal, asuransi, perbankan, koperasi dan dana pensiun, ada regulasi dari Otoritas Jasa Keuangan (OJK) sebagai pengawas. Salah satu peraturan tentang reksadana ini sendiri mengatur mengenai likuidasi menyatakan bahwa reksadana berbentuk kontrak investasi kolektif wajib dibubarkan, jika :
Dalam jangka waktu 90 (sembilan puluh) hari bursa, reksadana yang pernyataan pendaftarannya telah menjadi efektif memiliki dana kelolaan kurang dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah) serta reksadana terproteksi, reksadana dengan penjaminan, dan reksadana indeks yang melakukan penawaran umum yang bersifat terbatas.
Dalam jangka waktu 120 (seratus dua puluh) hari bursa setelah pernyataan pendaftaran reksadana menjadi efektif, memiliki dana kelolaan kurang dari Rp10.000.000.000,00 (sepuluh miliar rupiah).
Maksud dari pembubaran di sini adalah nantinya dana pengelolaannya harus terlebih dahulu dicairkan dan kemudian dibagikan kepada investor sesuai dengan dana yang ditanamkan.
Baca juga artikel kita tentang cara tetap tenang di tengah pasar yang bergejolak karena corona di sini.
Demikianlah penjelasan mengenai reksadana dengan risiko dan kemungkinannya mengalami kerugian. Dari sini maka kamu yang ingin melakukan investasi memang harus benar-benar cermat untuk menentukan pilihan. Ada prinsip yang mengatakan, jangan meletakan telur di dalam satu keranjang. Jika terjadi sesuatu bisa pecah semua, dengan fitur Robo Advisor di aplikasi Bibit, kamu akan dibantu membagikan uang investasi kamu ke beberapa jenis reksadana yang sudah disesuaikan dengan profil risiko kamu.