Penting! Ini 3 Risiko dalam Obligasi dan Tips untuk Mengatasinya

Berinvestasi dalam instrumen apa pun bagai pisau bermata dua. Di satu sisi menawarkan keuntungan yang menjanjikan. Di sini lainnya, ada juga risiko yang harus dihadapi. Begitu pula saat kita investasi obligasi.

Risiko dalam obligasi

Sebagai salah satu investasi yang aman dan cukup digemari kalangan anak muda saat ini, risiko obligasi tak dapat diabaikan begitu saja. Di luar keuntungan obligasi melalui pemberian kupon rutin dan capital gain, obligasi ternyata menyimpan sejumlah risiko tersendiri. Apa sajakah itu? Dihimpun dari berbagai sumber, berikut risiko-risiko dalam obligasi.

1. Bergantung pada Suku Bunga

Naik dan turunnya obligasi bergantung pada suku bunga Bank Indonesia. Apabila BI Rate turn, obligasi anak naik. Sebaliknya jika suku bunga BI naik, nilai obligasi biasanya turun. Oleh karena itu, obligasi bergantung pada tingkat inflasi, kondisi perekonomian, dan jumlah uang Rupiah yang beredar. Beberapa faktor yang mempengaruhi kestabilan suku bunga BI.

2. Risiko Gagal Bayar

Seaman apa pun obligasi, risiko gagal bayar tetap ada. Hal ini bisa saja terjadi terutama pada obligasi korporasi atau swasta. Tipsnya, bila hendak berinvestasi pada obligasi swasta, pastikan perusahaan yang mengeluarkan surat utang tersebut punya track record bagus, dengan kondisi keuangan yang juga sehat.

Lain halnya dengan obligasi pemerintah. Obligasi jenis ini bisa dianggap lebih aman dari risiko gagal bayar. Pasalnya, sebagai salah satu Surat Berharga Negara (SBN), obligasi pemerintah dilindungi oleh Undang-Undang. Artinya, pemerintah menjamin akan membayar surat utang itu kepada investor pada saat jatuh tempo. Sebagai contoh Saving Bond Ritel yang akan segera ditawarkan kepada publik di tahun ini.

Baca juga: Kelebihan Investasi Saving Bond Ritel (SBR) Terbaru Tahun 2022

3. Risiko Likuiditas

Kadang kala kita memerlukan pencairan dana cepat. Saat mau menjual obligasi untuk keperluan ini, ada kemungkinan akan sulit melalui pasar sekunder. Jadinya, investor biasanya "nekat" menjual obligasi dengan harga rendah dibandingkan harga beli. Tipsnya, gunakan uang dingin saat mau investasi obligasi untuk meminimalisir risiko dalam obligasi ini.

Tips Mengurangi Risiko dalam Obligasi

Walau memiliki risiko, obligasi tetap merupakan salah satu instrumen yang menguntungkan. Bahkan, di era digital berinvestasi obligasi jauh lebih mudah lantaran bisa dilakukan melalui aplikasi. Seperti SBN yang dapat kamu peroleh via aplikasi Bibit.

Nah, langsung saja, begini tips-tips mengurangi risiko dalam obligasi.

1. Buy and Hold

Sebisa mungkin pertahankan obligasi sampai jatuh tempo. Kenapa? Selain kita bisa mendapatkan kupon rutin setiap bulan sebagai passive income, perubahan suku bunga pun tidak akan berpengaruh pada nilai obligasi. Dengan kata lain, dana yang kamu investasikan nilainya tak akan berkurang saat jatuh tempo pembayaran.

2. Jangan Panik

Sangat manusiawi kalau kita panik saat mengetahui instrumen investasi yang dimiliki mengalami penurunan. Apalagi investor pemula yang baru saja mengalokasikan dananya untuk investasi obligasi. Namun, sebaiknya hindari panik berkepanjangan! Lebih-lebih kamu menjual obligasi saat nilainya turun. Ingat, ya, walau nilai obligasi turun, saat jatuh tempo pembayaran, dana mu akan kembali utuh sama. Coba kalau kamu jual saat turun? Kan rugi jadinya kalau begitu.

3. Gunakan “Dana Nganggur”

Telah dijelaskan sekilas di atas dengan istilah lain uang dingin. Maksudnya, gunakan dana yang bebas dari tujuan untuk memenuhi kebutuhan sehari-hari, kebutuhan pokok, dan keperluan mendesak lain. Selain itu, pertimbangkan juga institusi yang mengeluarkan obligasi. Kalau obligasi pemerintah, tidak perlu pikir terlalu panjang. Kamu bisa langsung investasikan dana mu ke sana.

4. Diversifikasi Investasi

Diversifikasi portofolio merupakan strategi utama untuk mengurangi risiko ketika berinvestasi. Diversifikasi terjadi ketika kamu melakukan investasi ke berbagai jenis instrumen. Pendekatan ini tentunya bermanfaat, karena ketika nilai salah satu investasi turun, potensi kerugian total portofolio akan lebih terkendali. Dengan diversifikasi, kamu dapat mengalokasikan investasinya ke berbagai industri berbeda dan menggabungkan obligasi, reksadana, saham dan instrumen investasi lainnya.

Keberhasilan dalam berinvestasi juga tergantung pada kemampuan untuk diversifikasi, yang dapat diwujudkan melalui ketersediaan berbagai instrumen investasi di platform yang menyediakan layanan lengkap. Platform investasi ini tidak hanya menawarkan instrumen-instrumen beragam, tetapi juga dilengkapi dengan berbagai fitur yang membantu para pengguna dalam mengelola portofolio mereka dengan lebih efektif. Contohnya adalah Aplikasi Bibit yang menjadi solusi dan memudahkan investor untuk melakukan diversifikasi dalam satu platform.

Dengan Bibit, kamu dapat berinvestasi ke dalam instrumen reksadana, obligasi dan saham. Cukup dengan melakukan Upgrade ke Bibit Plus, kamu dapat memperluas diversifikasi portofolio dengan memanfaatkan berbagai pilihan instrumen investasi yang tersedia dalam satu aplikasi. Hal ini memberikan fleksibilitas dan kenyamanan untuk merencanakan dan melaksanakan strategi diversifikasi dengan mudah.

5. Memilih Obligasi Dengan Jatuh Tempo Panjang

Mengapa memilih obligasi dengan jatuh tempo panjang? Jawabannya mudah, karena umumnya obligasi dengan jatuh tempo panjang memberikan tingkat return yang lebih tinggi daripada obligasi dengan jatuh tempo yang lebih singkat. Return atau tingkat nilai kupon ini bisa menjadi passive income setiap tahun bagi para investornya. Skema pembayarannya berbeda, sesuai dengan masing-masing jenis obligasi. Sebagai contoh Obligasi FR yang membayarkan kuponnya setiap 6 bulan sekali.

6. Lakukan Analisis Investasi

Dengan menerapkan strategi ini, kamu dapat dengan lebih mudah mengevaluasi nilai intrinsik dari obligasi. Penting untuk membandingkan nilai intrinsik dengan nilai pasar sebelum kamu memutuskan untuk membeli. Jika nilai pasar jauh melebihi nilai intrinsik, dapat disimpulkan bahwa obligasi tersebut dinilai terlalu tinggi atau overvalue. Sebaliknya jika nilai pasar lebih rendah daripada nilai intrinsik, maka obligasi dianggap undervalue.

Itulah beberapa risiko dalam obligasi dan tips sederhana untuk mengatasinya. Buat kamu yang tertarik investasi pada obligasi pemerintah, antara lain Saving Bond Ritel (SBR), bisa melalui aplikasi Bibit.