Penjualan rokok di Indonesia mengalami penurunan dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya. Dampaknya, Menteri Keuangan (Menkeu) Sri Mulyani Indrawati telah mengeluarkan Peraturan Menteri Keuangan (PMK) No. 7/2024 tentang Rincian Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau Menurut Daerah Provinsi/Kabupaten/Kota Tahun Anggaran 2024. PMK ini menetapkan dana bagi hasil (DBH) cukai hasil tembakau (CHT) pada 2024 sebesar Rp4,98 triliun.
Dalam kebijakan ini, terdapat daftar 27 provinsi yang menerima DBH atas cukai rokok tersebut. Provinsi Jawa Timur menjadi yang terbesar dengan DBH CHT senilai Rp2,77 triliun. Hal ini rasanya wajar, karena PT Gudang Garam Tbk. (GGRM) dan PT HM Sampoerna Tbk. (HMSP) selaku dua emiten rokok terbesar Indonesia berbasis di provinsi tersebut.
Meskipun demikian, perlu dicatat bahwa DBH CHT Jawa TImur tahun 2024 lebih rendah dibandingkan dengan tahun sebelumnya, yaitu menerima Rp3,07 triliun pada 2023. Selanjutnya, tahun 2024 ini Provinsi Jawa Tengah dan Jawa Barat berhasil mendapatkan peringkat kedua dan ketiga dengan masing-masing Rp1,07 triliun dan Rp562 miliar.
Penurunan penjualan rokok tercermin dari total DBH CHT tahun 2023 senilai Rp5,47 triliun, yang menunjukkan penurunan sekitar Rp500 miliar pada 2024. Penyesuaian besaran DBH CHT setiap tahun dilakukan berdasarkan kontribusi produksi tembakau pada tahun sebelumnya. Sebagai informasi, realisasi penerimaan CHT pada 2023 anjlok 2,35% secara (year-on-year/yoy).
Salah satu faktor utamanya adalah penerapan tarif cukai rokok yang lebih tinggi pada 2023, dengan rata-rata kenaikan tarif CHT sebesar 10%. Selain itu, menurut Sri Mulyani penurunan ini juga disebabkan oleh penurunan produksi 1,8% hingga Oktober 2023 dan realisasi tarif yang turun 0,9%, lebih rendah dari kenaikan tarif normatif 10%.
Berdasarkan PMK No. 215/2021, alokasi DBH CHT adalah 40% untuk kesehatan, 50% untuk kesejahteraan masyarakat, dan 10% untuk penegakan hukum. Sebagian juga disalurkan ke daerah (TKD) untuk mencapai prinsip keadilan dan keseimbangan dalam pengelolaan APBN.
Produksi Rokok Turun Meskipun di Masa Kampanye
Januari 2024, produksi rokok hanya berkisar 17,39 miliar batang. Jika dibandingkan dengan periode yang sama di tahun lalu, jumlah ini naik tipis. Namun jika dibandingkan bulan sebelumnya termasuk anjlok. Karena menurut Data Direktorat Jenderal Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, produksi Januari 2024 turun sebesar 52,04% dibandingkan Desember 2023.
Pada Januari tahun ini, produksi rokok hanya mengalami peningkatan sebesar 11,47% dibandingkan dengan periode yang sama pada tahun sebelumnya. Hal ini menarik mengingat Januari 2024 masih berada dalam periode kampanye pemilihan umum (pemilu) dan pemilihan presiden (pilpres) 2024, yang berlangsung dari 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024. Analisis ini menunjukkan bahwa faktor-faktor terkait kampanye dan politik mungkin mempengaruhi dinamika produksi rokok pada awal tahun ini.
Berdasarkan data dari Bea dan Cukai Kementerian Keuangan, terjadi penurunan signifikan dalam rata-rata produksi rokok selama masa kampanye pilpres 2024 dibandingkan dengan kampanye pilpres 2019. Pada periode kampanye 2024, produksi rokok hanya mencapai rata-rata 24,95 miliar batang, sementara pada masa kampanye 2019, angka tersebut mencapai 29,6 miliar batang. Bahkan, produksi rokok pada Januari 2019 sendiri mencapai 21,9 miliar batang, sedangkan pada periode yang sama dalam kampanye 2024, produksi rokok menunjukkan peningkatan yang lebih rendah. Salah satu penyebabnya adalah masa kampanye pilpres 2024 berlangsung singkat yaitu hanya 75 hari, sementara kampanye di tahun 2019 berlangsung hingga 202 hari.
Alasan Saham Gudang Garam (GGRM) Pendapatan Turun Tapi Laba Justru Naik
Emiten rokok milik konglomerat keluarga Wonowidjojo, PT Gudang Garam Tbk (GGRM) mencatatkan pertumbuhan laba bersih yang mengesankan sebesar 47,79% secara tahunan sepanjang tahun 2023, mencapai angka Rp 5,32 triliun. Meskipun pendapatan GGRM mengalami penurunan, perusahaan ini berhasil memperoleh laba yang meningkat.
Pendapatan mereka sepanjang tahun 2023 mencapai Rp 118,95 triliun, meskipun mengalami penurunan sebesar 4,82% secara tahunan dari tahun sebelumnya. Kontribusi pendapatan dari ekspor meningkat sebesar 0,97% menjadi Rp 1,49 triliun, sementara pendapatan dari penjualan lokal turun sebesar 4,89% menjadi Rp 117,45 triliun.
Namun, GGRM berhasil mengendalikan biaya pokok pendapatan dengan penurunan sebesar 8,84% secara tahunan menjadi Rp 104,35 triliun. Dengan demikian, laba usaha GGRM tumbuh sebesar 47,46% menjadi Rp 7,43 triliun pada tahun 2023, dengan laba tahun berjalan yang dapat diatribusikan kepada pemilik entitas induk mencapai Rp 5,32 triliun. Hal ini menunjukkan performa yang mengesankan dari emiten rokok yang satu ini.
Cara Beli Saham Online dengan Upgrade ke Bibit Plus
Sekarang pertanyaan yang sering muncul adalah bagaimana caranya untuk membeli saham di Bibit Saham? Sebelum melakukan proses pembelian, pastikan bahwa akun kamu sudah terupgrade menjadi Bibit Plus. Jika belum, kamu bisa mengikuti panduannya disini. Nah setelah upgrade ke Bibit Plus, ini dia langkah-langkah yang bisa kamu ikuti untuk mulai membeli saham di Bibit Plus:
Buka halaman Explore pada aplikasi Bibit, lalu pilih produk investasi Saham.
Kamu bisa memilih saham apapun yang ada di bursa efek dan juga saham yang masuk dalam kategori Indeks.
Pilih saham apapun yang ada dalam Indeks tersebut
Kamu bisa Klik Beli untuk melakukan pembelian saham pilihanmu.
Masukkan nominal Harga Beli yang kamu inginkan dan juga Jumlah Lot yang akan kamu beli, lalu klik Beli.
Setelah order sudah dilakukan, kamu tinggal menunggu pembelian kamu di proses.
Bagi kamu yang ingin mengetahui soal aplikasi Bibit dengan lebih lengkap, cek video ini ya. Yuk, segera upgrade ke Bibit Plus sekarang juga.
Baca juga: Strategi Diversifikasi Bisnis yang Menjadi Rahasia Sukses Mayora
Itu dia pembahasan tentang penjualan rokok yang turun meskipun di tengah-tengah masa kampanye di tahun 2024 ini. Semoga informasi ini berguna dan bisa menjadi bahan pertimbangan penting dalam pengelolaan portofolio investasi saham milikmu.
Disclaimer:
Semua konten dalam website ini dibuat untuk tujuan informasional dan bukan merupakan rekomendasi untuk membeli/ menjual saham tertentu.