Walau reksadana termasuk investasi yang terbilang mudah. Tetap saja untuk melakukannya tidak bisa asal-asalan. Investasi reksadana memerlukan strategi agar berjalan lancar, dan tentu saja bisa hasilkan cuan.
Pemula sering kali bingung. Lebih baik menyimpan uang sekaligus besar di reksadana, atau membaginya ke dalam berbagai produk reksadana. Dengan kata lain, uang yang disetor tersebut tidak terfokus pada satu reksadana.
Dua langkah ini sebenarnya erat berkaitan dengan strategi yang umum dipakai dalam investasi. Apa itu?
Lump Sum
Kamu punya uang cukup besar dan berniat menginvestasikan semuanya di reksadana atau satu produk investasi. Kemudian, kamu pun tidak akan investasi rutin terlebih dulu untuk melihat performa dana yang kamu setorkan di satu produk reksadana tersebut. Kalau oke, atau ada kenaikan selang beberapa waktu, tanpa pikir panjang kamu pun menjualnya untuk mendapat selisih keuntungan. Strategi ini dikenal dengan lump sum.
Kelebihan lump sum, potensi keuntungan yang dihasilkan besar, apabila dilakukan dengan timing yang tepat. Artinya, kalau kamu beli reksadana saat sedang turun, kamu bisa mendapatkan keuntungan saat unit reksadana kembali naik, Karena itu, saat mempraktikkan strategi lump sum atau menyimpan uang dalam jumlah besar dalam satu produk reksadana, kamu tidak boleh salah pilih produk reksadana. Dengan kata lain, pilih reksadana dengan kinerja terbaik!
Kekurangannya, strategi lump sum tidak akan begitu optimal dengan jumlah uang yang sedikit, sehingga kurang cocok untuk investor pemula dengan bujet minim. Alangkah lebih baik, memilih strategi Dollar Cost Averaging (DCA) di mana kita nabung atau investasi rutin tanpa memedulikan naik atau turunnya nilai reksadana.
Bagaimana dengan membagi dana ke dalam berbagai jenis reksadana?
Bisa juga, namanya diversifikasi. Secara sederhana, diversifikasi adalah sebuah teknik yang digunakan untuk mengurangi risiko dengan mengalokasikan dana ke beberapa instrumen keuangan, industri dan kategori lainnya. Dalam investasi reksadana hal ini bisa dilakukan dengan membangun portofolio investasi yang terdiri dari berbagai jenis reksadana, seperti reksadana saham, reksadana obligasi, dan reksadana pasar uang.
Kita tahu bahwa setiap reksadana punya karakternya masing-masing. Reksadana saham berisiko tinggi dengan potensi keuntungan yang sangat besar. Kemudian, reksadana obligasi bersifat moderat dengan potensi return yang besar. Terakhir, reksadana pasar uang yang berisiko sangat kecil, dengan keuntungan yang cukup besar.
Semua reksadana itu lalu “diracik” dalam satu portofolio yang sesuai dengan tujuan investasimu, Jadi, uangmu tidak hanya bermuara pada satu reksadana, tetapi pada berbagai reksadana. Tujuan dari diversifikasi adalah meminimalisir kerugian saat salah satu produk reksadana mengalami penurunan. Saat reksadana saham sedang anjlok misalnya, uangmu bisa tetap aman karena reksadana yang lain stabil bahkan mengalami kenaikan.
Di antara kamu pasti ada yang bertanya, bagaimana meracik komposisi reksadana berbeda dalam satu portofolio? Mudah sekali. Kalau di Bibit, serahkan saja tugas tersebut pada Robo Advisor di Bibit yang akan merekomendasikan reksadana terbaik sesuai dengan profil investasi, tujuan, dan penghasilanmu.
Jadi, kesimpulannya, mana yang lebih baik? Menyimpan uang reksadana sekaligus besar atau membaginya ke beberapa jenis reksadana? Keduanya sama-sama baik. Namun, kalau masih pemula, strategi diversifikasi lebih cocok.