Seperti yang kita ketahui bersama bahwa konsep dasar dari investasi yaitu menempatkan dana milikmu ke suatu instrumen investasi dengan harapan nilai asetnya akan bertambah. Dan dalam dunia investasi terdapat banyak pilihan instrumen dengan berbagai tingkat risiko yang bisa kamu pertimbangkan.
Nah pada kesempatan kali ini bibit ingin mengajakmu untuk membahas tentang instrumen-instrumen investasi khususnya yang tinggi risiko. Tak perlu berlama-lama lagi, langsung masuk saja pada pembahasan kita kali ini.
Investasi Risiko Tinggi
Pernah mendengar high risk high return? Setidaknya walaupun hanya sekali kamu pasti pernah mendengar prinsip yang satu ini saat mempelajari investasi. Yah prinsip itu memang benar adanya. Jadi jika menginginkan potensi keuntungan yang besar pada suatu instrumen investasi, mau tidak mau kamu harus siap juga menanggung risiko tinggi yang dimilikinya.
Maka dari itu pastikan apakah kamu sudah benar-benar siap atas konsekuensi dari investasi ini karena risiko terburuknya bisa kehilangan dana yang cukup besar. Untuk itu pengetahuan dan jam terbang sangat dibutuhkan untuk semakin mengasah keahlian dalam berinvestasi. Maka dari itu perlunya mengetahui seluk beluk mengenai risiko instrumen investasi itu penting.
Jenis Investasi Risiko Tinggi
Investasi sangat Bibit sarankan untuk kamu mulai sedini mungkin, ini karena semakin lama kamu berinvestasi maka potensi untuk melipatgandakan modal juga semakin besar. Keunggulan lainnya jika tujuan masih membutuhkan jangka waktu lama, maka kamu lebih leluasa dalam mengelola investasimu.
Beberapa jenis dari instrumen investasi risiko tinggi mungkin sesuai dengan tujuan finansial jangka panjangmu. Mari kita simak bersama instrumen-instrumen investasi tersebut.
1. Saham
Prinsip high risk high return ini sangat mencerminkan instrumen investasi yang satu ini, ya benar saham. Instrumen ini risikonya terbilang tinggi namun sebanding dengan prospek keuntungannya baik itu dari dividen maupun capital gain nya. Untuk itu saham sangat sesuai kamu jadikan investasi jangka panjang.
Memang dalam dunia investasi saham terdapat beberapa tindakan yang bisa investor lakukan, yaitu investing dan trading. Investing lebih mengarah ke investasi jangka panjang, sedangkan trading cenderung ke investasi jangka pendek. Nah jenis investasi saham yang sesuai untuk jangka panjang dikenal sebagai growth investing.
Growth investing merupakan investasi saham yang berfokus untuk mengambil keuntungan dan pertumbuhan bisnis perusahaan. Dengan begitu secara langsung harga saham akan bertumbuh seiring dengan waktu dan investor mendapatkan keuntungan dari kenaikan harga saham atau biasa disebut capital gain.
Namun tidak semua saham bisa kamu gunakan dalam growth investing, ada karakteristik khususnya. Sebaiknya pilih saham yang sedang berkembang dan memiliki potensi besar untuk mengalami pertumbuhan besar di masa depan. Jadi bukan masalah murah atau mahal harga sahamnya ya, tapi lebih mempertimbangkan dari aspek kemampuan perusahaan untuk bertumbuh.
Contohnya seperti saham PT Adaro Minerals Tbk (ADMR) yang bergerak di usaha pertambangan batubara, gilanya emiten ini menjadi saham dengan return tertinggi di dunia. Year to date (YTD) nya bahkan mencapai 1.625% dari awal initial public offering (IPO). Padahal ADMR ini baru saja melantai di IHSG pada 3 januari 2022.
Hal ini tidak terlepas dari pengaruh kenaikan harga batubara pada awal tahun 2022. Karena saat itu memang awal proses pemulihan industri global pasca pandemi covid 19, sehingga permintaan komoditas batubara dari seluruh dunia meningkat. Untuk itu saham ini mungkin bisa menjadi salah satu contoh saham yang berpotensi menjadi investasi jangka panjang.
Tidak lupa juga kamu bisa berinvestasi di platform Stockbit, sebab fitur-fitur yang Stockbit miliki ini lengkap. Baik dari indikator maupun ratio yang berguna memudahkan penggunanya dalam menganalisa saham.
2. Reksadana Saham
Reksadana adalah jenis instrumen investasi yang cukup unik karena memiliki berbagai macam tingkat risiko. Ini bisa terjadi karena reksadana terdiri dari beberapa jenis produk yang tingkat risikonya berbeda. Mulai dari reksadana pendapatan tetap, reksadana pasar uang, reksadana campuran, reksadana saham dan reksadana syariah.
Di antara jenis reksadana tersebut reksadana saham adalah jenis produk yang risikonya paling tinggi. Namanya saja reksadana saham, pasti alokasi dananya paling besar manajer investasi salurkan ke instrumen saham. Jadi jenis reksadana ini cocok untuk tujuan jangka panjang seperti dana pensiun maupun dana pendidikan anak.
Risikonya juga hampir sama besarnya dengan investasi saham yang memang memiliki sifat pergerakan harga yang fluktuatif. Penyebabnya bisa dari corporate action maupun kebijakan ekonomi suatu negara. Untuk itu alangkah baiknya membekali dirimu dengan pengetahuan yang cukup sebelum berinvestasi pada instrumen dengan risiko tinggi seperti reksadana saham.
3. P2P Lending
Dengan kemunculan financial technology mendorong lahirnya jenis investasi baru yaitu P2P lending. Skema investasi ini adalah kamu menjadi pihak yang meminjamkan dananya ke institusi atau individu. Biasanya pihak peminjam dari kategori UMKM atau Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang sedang membutuhkan dana dalam pengembangan bisnisnya.
Nah peran perusahaan fintech dalam skema P2P lending ini sebagai fasilitator penghubung antara kamu dengan UMKM ini. Imbal hasil dari P2P lending ini juga lumayan tinggi dan tenor investasinya terbilang cukup pendek yaitu hanya dalam hitungan bulan saja.
Namun risiko yang ada juga tinggi ya, yaitu amit-amit jika peminjam tidak mampu membayar pinjamannya karena usahanya gagal berkembang. Untuk itu kamu perlu mengamati sistem scoring dan fact sheet yang fitur fintech P2P lending ini sediakan secara cermat. Bisa juga memeriksa pendanaan yang memiliki agunan kredibel seperti invoice atau tagihan pembayaran ke perusahaan ternama.
Baca juga: Ada Nggak Sih Risiko Investasi Di Obligasi?
4. Mata Uang Digital (Cryptocurrency)
Pada saat pandemi covid 19 yang terjadi beberapa tahun ini, instrumen investasi mata uang digital sedang menjadi pembicaraan hangat di tengah masyarakat. Ini karena capital gain yang mata uang digital miliki merangkak naik saat instrumen investasi lain sedang mengalami penurunan. Primadona mata uang digital saat itu adalah Bitcoin, bahkan saat ini Bitcoin masih menjadi cryptocurrency yang paling digandrungi karena memiliki nilai jual tertinggi.
Awalnya mata uang digital berbasis blockchain ini hanya sebagai alat tukar pembayaran jual beli pada berbagai merchant. Namun saat ini karena memang Bitcoin dirancang hanya sebanyak 21 juta keping saja menyebabkan nilainya melambung tinggi dan menjadi alternatif investasi layaknya valuta asing.
Dan tentu dengan potensi keuntungan tinggi cryptocurrency terdapat risiko yang juga tidak kalah besar di dalamnya. Layaknya saham pergerakan nilai dari mata uang digital sangatlah fluktuatif bahkan dalam sekejap mata. Maka dari itu bila kamu masih pemula dalam dunia investasi, sangat tidak disarankan untuk berinvestasi pada cryptocurrency sebagai investasi pertamamu.
Itu dia penjelasan tentang beberapa instrumen investasi yang memiliki tingkat risiko tinggi dan sesuai dengan profil risiko masing-masing. Semoga kedepannya pemahamanmu mengenai risiko instrumen-instrumen risiko tinggi ini semakin baik.
Supaya bisa menyusun strategi yang baik seperti diversifikasi, karena tidak ada salahnya membagi risiko ke beberapa instrumen dalam waktu yang sama. Tujuannya ya tentu untuk meminimalisir risiko yang akan kamu miliki. Ayo tunggu apa lagi, jangan tunda lagi investasi reksadanamu di Bibit!