Saham merupakan salah satu instrumen investasi yang menawarkan potensi keuntungan yang besar dalam jangka panjang. Namun, tidak semua saham memiliki potensi yang sama untuk memberikan hasil investasi yang menguntungkan. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk memilih saham yang memiliki kriteria dan karakteristik yang baik. Dalam artikel ini, kita akan membahas tentang cara memilih saham yang bagus untuk jangka panjang sehingga dapat memperoleh hasil investasi yang optimal.
Membedakan Saham yang Bagus dan Tidak
Memilih saham yang bagus untuk investasi jangka panjang adalah langkah penting dalam membangun portofolio saham yang sukses. Namun, bagaimana cara memilih saham yang bagus dibeli atau tidak? Ada beberapa kriteria penting yang perlu diperhatikan saat memilih saham, termasuk:
1. Fundamental yang Kuat
Perusahaan dengan fundamental yang kuat cenderung memiliki kinerja yang stabil dan memiliki potensi pertumbuhan yang lebih baik di masa depan. Beberapa faktor fundamental yang perlu diperhatikan meliputi kinerja keuangan perusahaan, posisi pasar, manajemen, dan prospek masa depan.
2. Industri yang Potensial
Saat memilih saham untuk jangka panjang, penting untuk memperhatikan industri dimana perusahaan beroperasi. Pilih perusahaan yang berada di industri dengan prospek masa depan yang cerah, memiliki pertumbuhan yang stabil, dan sedang mengalami pertumbuhan yang baik.
3. Harga yang Wajar
Meskipun membeli saham dengan harga rendah mungkin terdengar menarik, itu bukan satu-satunya faktor yang perlu diperhatikan. Sebaliknya, penting untuk mempertimbangkan harga yang wajar berdasarkan penilaian fundamental dan prospek masa depan perusahaan.
4. Dividen yang Tinggi
Dividen adalah salah satu indikator penting dari kinerja perusahaan dan bisa menjadi sumber pendapatan pasif yang menarik bagi investor jangka panjang. Cari perusahaan yang memiliki kebijakan dividen yang konsisten dan memberikan dividen yang tinggi.
5. Reputasi dan Manajemen yang Terpercaya
Reputasi perusahaan dan manajemen yang terpercaya penting dalam memilih saham. Pilih perusahaan yang dikelola oleh manajemen yang terpercaya dan memiliki reputasi yang baik di pasar.
Biasanya saham yang memenuhi semua kriteria di atas akan banyak dibicarakan oleh pasar sehingga namanya pun melonjak alias trending. Namun ini bukan berarti semua saham yang trending memiliki fundamental yang baik.
Apakah Saham yang Trending Pasti Bagus
Saham yang sedang trending atau populer di kalangan investor tidak selalu menjamin bahwa saham tersebut bagus untuk dibeli. Hal ini karena tren dapat dipengaruhi oleh banyak faktor, seperti isu-isu pasar atau berita yang sedang hangat saat ini, sehingga bisa membuat saham tersebut naik dalam jangka pendek, namun tidak menjamin kenaikan tersebut akan berlanjut di masa depan.
Sebagai contoh, jika sedang ada isu yang beredar bahwa suatu perusahaan akan memperoleh kontrak besar, maka saham perusahaan tersebut mungkin akan menjadi trending dan naik dalam jangka pendek. Namun, jika ternyata kontrak tersebut batal atau perusahaan mengalami masalah operasional lainnya, maka harga saham bisa turun drastis. Oleh karena itu, penting untuk memperhatikan faktor-faktor fundamental perusahaan dan melakukan analisis menyeluruh sebelum memutuskan untuk membeli saham tersebut.
Indikator untuk Memilih Saham yang Baik
Bagi sebagian besar investor, cara memilih saham yang baik tidak terlepas dari valuasi perusahaan tersebut. Valuasi ini biasanya diukur menggunakan angka-angka yang ada pada laporan keuangan perusahaan yang nantinya bisa dipakai sebagai indikator. Ada beberapa indikator valuasi yang dapat digunakan untuk memilih saham yang bagus, antara lain:
1. Price to Earnings Ratio (P/E Ratio)
P/E Ratio mengukur harga saham per lembar dibandingkan dengan laba bersih (earnings) per lembar. Semakin rendah P/E Ratio, semakin murah harga saham dibandingkan dengan laba bersih per lembar, dan semakin baik valuasi saham tersebut. Namun, alih-alih hanya melihat P/E suatu saham pada satu periode waktu saja, ada baiknya kamu juga melihat tren P/E saham tersebut dan membandingkannya dengan saham perusahaan sejenis.
2. Price to Book Value Ratio (P/BV Ratio)
P/BV Ratio mengukur harga saham per lembar dibandingkan dengan nilai buku per lembar. Semakin rendah P/BV Ratio, semakin murah harga saham dibandingkan dengan nilai buku per lembar, dan semakin baik valuasi saham tersebut. Sama dengan P/E, ada baiknya kamu juga melihat tren P/BV saham tersebut dan membandingkannya dengan P/BV saham sejenis.
3. Dividend Yield
Dividend Yield mengukur persentase dividen yang diberikan per lembar saham dibandingkan dengan harga saham per lembar. Semakin tinggi Dividend Yield, semakin besar pengembalian yang diberikan oleh saham tersebut dalam bentuk dividen. Selain itu, kamu juga dapat melihat riwayat pembagian dividen perusahaan tersebut untuk mengetahui apakah perusahaan rutin membagikan dividen.
4. Price to Sales Ratio (P/S Ratio)
P/S Ratio mengukur harga saham per lembar dibandingkan dengan pendapatan per lembar. Semakin rendah P/S Ratio, semakin murah harga saham dibandingkan dengan pendapatan per lembar, dan semakin baik valuasi saham tersebut. Sama seperti P/E dan P/BV, kamu dapat membandingkan P/S saham tersebut dengan saham lain yang sejenis.
5. Price to Cash Flow Ratio (P/CF Ratio)
P/CF Ratio mengukur harga saham per lembar dibandingkan dengan arus kas per lembar. Semakin rendah P/CF Ratio, semakin murah harga saham dibandingkan dengan arus kas per lembar, dan semakin baik valuasi saham tersebut.
6. EPS Growth (Earning Per Share Growth)
EPS Growth (Earnings Per Share Growth) adalah indikator yang mengukur tingkat pertumbuhan laba per lembar saham dari tahun ke tahun. EPS Growth menjadi salah satu indikator penting dalam analisis fundamental saham. EPS Growth dapat dihitung dengan cara membandingkan EPS tahun berjalan dengan EPS tahun sebelumnya. Jika EPS tahun berjalan lebih besar dari EPS tahun sebelumnya, maka EPS Growth dihitung positif dan menunjukkan adanya pertumbuhan laba per lembar saham.
Berdasarkan EPS saja, sebenarnya investor sudah bisa mengukur perumbuhan perusahaan. Misalnya bagaimana tingkat pertumbuhan tahunnya dalam 5 tahun terakhir apakah semakin kuat, menurun, atau stabil saja. Hal ini bisa dilakukan dengan membandingkan EPS growth setiap tahunnya. Bila pertumbuhannya stabil atau meningkat, mungkin perusahaan bisa di investasikan dalam jangka panjang. Sebaliknya bila menurun, maka perlu berhati hati untuk memegang jangka panjang.
7. Price Earning Growth (PEG Ratio)
Rasio PEG (Price Earnings Growth) adalah rasio yang digunakan untuk mengevaluasi nilai saham berdasarkan potensi pertumbuhan laba di masa depan. Rasio ini dihitung dengan membagi rasio Price Earning (P/E ratio) dengan tingkat pertumbuhan laba bersih per saham (EPS growth). Rasio PEG dianggap sebagai pengukur yang lebih baik daripada rasio P/E ratio karena mengambil kenaikan laba yang diharapkan di masa depan menjadi pertimbangan.
Secara umum, rasio PEG yang lebih rendah menunjukkan bahwa saham dihargai dengan lebih wajar jika dibandingkan dengan pertumbuhan laba yang diharapkan di masa depan. Sebaliknya, rasio PEG yang lebih tinggi dapat menunjukkan bahwa saham dihargai terlalu mahal atau tidak sepadan dengan tingkat pertumbuhan laba yang diharapkan.
Perlu diingat bahwa tidak ada indikator valuasi tunggal yang dapat digunakan untuk menentukan apakah suatu saham bagus atau tidak. Sebaiknya, gunakan beberapa indikator valuasi untuk mendapatkan gambaran yang lebih lengkap mengenai valuasi saham tersebut.
Itulah beberapa contoh kriteria memilih saham yang bagus. tentu setiap orang memiliki cara yang berbeda tergantung pada pengalaman masing masing. Ada baiknya kamu juga belajar dari investor yang berpengalaman sehingga memperluas sudut pandang kamu ketika ingin berinvestasi saham.
Beli Saham yang Bagus Versimu di Aplikasi Bibit
Kini, kamu bisa membeli saham pilihanmu sendiri di aplikasi Bibit dengan upgrade akun kamu ke Bibit Plus.
Dengan mengubah akun Bibitmu ke Bibit Plus, kamu bisa menikmati pengalaman baru berinvestasi dengan berbagai macam pilihan jenis investasi serta berbagai fitur eksklusif lainnya. Seperti:
Diversifikasi Aset Investasi
Dengan diversifikasi berarti kamu bisa meletakkan investasi kamu di beberapa kelas aset. Portofolio investasi kamu bisa berisi Reksadana, SBN, Obligasi FR, dan Saham.
Pembayaran Lebih Mudah
Top up RDN (Rekening Dana Nasabah) untuk beli Reksadana, Obligasi FR, dan Saham lebih mudah dalam satu wallet untuk berbagai transaksi di Bibit.
Biaya Transaksi Lebih Rendah
Pembelian saham di Bibit hanya dikenakan biaya sebesar 0,10% dan penjualan saham 0,20% saja.
Fitur Nabung Rutin
Lebih konsisten untuk nabung reksadana di aplikasi Bibit, bebas pilih jadwal dan produk yang kamu inginkan.
Fitur Pencairan Instan
Kamu bisa cairkan reksadana pasar uang yang bertanda petir kapanpun saat kamu membutuhkan dana cepat/darurat.