Kenapa HOOQ Ditutup? Ini Alasannya

Saat ini, sudah banyak sekali layanan streaming online yang berbayar dan sangat diminati oleh banyak orang. Persaingan juga semakin ketat, mana yang terlengkap dalam menyajikan film dan mana yang biaya langganannya terjangkau. Dari mulai Netflix, HOOQ, Viu sampai Vidio.

Menonton film memang salah satu hiburan yang diminati banyak orang, tak heran banyak layanan video streaming on demand yang akhirnya menjamur di era digital seperti sekarang. 

Dengan adanya aplikasi streaming video seperti HOOQ atau netflix, kita bisa menikmati film di rumah. Apalagi, di tengah masa pandemi coronavirus COVID-19 ini, pilihan hiburan sudah pasti dengan berlangganan  layanan tersebut, karena bioskop sudah 4 bulan ditutup.

Tapi, ternyata di tengah pandemi kemarin, tepatnya di bulan April, salah satu streaming legal di Indonesia bernama HOOQ, sayang harus ditutup secara permanen. Apa alasannya? Simak penjelasannya.

Apa Alasan HOOQ Tutup?

HOOQ hadir pertama kali pada Januari 2015 di beberapa negara Asia, seperti Filipina, Thailand, India, Indonesia, dan Singapura. HOOQ saat ini dilaporkan sudah memiliki 80 juta pengguna yang tersebar di India, Indonesia, Thailand, Singapura, dan Filipina.

HOOQ menyediakan film dan serial dari berbagai negara termasuk Indonesia. Ada beberapa konten yang bisa kita nikmati secara gratis dan berbayar. 

HOOQ sendiri merupakan perusahaan dengan kantor pusat di Singapura dan mendapat sokongan dana dari tiga investor. Berdasarkan data Crunchbase, ketiga investor itu adalah Warner Bros, Singtel, dan Sony Picture Entertainment.Di Indonesia sendiri, HOOQ selama ini bekerja sama dengan sejumlah pihak seperti Telkom yang menawarkan bundling untuk pelanggan IndiHome. HOOQ juga bekerja sama dengan Grab untuk memberikan layanan video streaming di platform Grab.

Baca juga artikel tentang Mau Tahu Gudang Nonton Movie? Lihat di Website ini

Dikutip dari CNN Indonesia, Guntur Siboro, Country Head HOOQ Indonesia mengatakan, keputusan penutupan HOOQ ini adalah hasil kesepakatan seluruh pemegang saham yang ingin konsentrasi pada bisnis inti mereka. 

Sebelumnya pada bulan Maret, HOOQ mengajukan likuidasi pada para krediturnya. Informasi ini diketahui dari pengumuman perusahaan beberapa waktu lalu.

Dikutip dari Business Times, likuidasi ini diajukan sebab tantangan layanan over-the-top video saat ini sudah jauh meningkat dari beberapa tahun lalu.

HOOQ sendiri mengaku kesulitan bersaing di tengah kompetisi tersebut. Perusahaan mengatakan tidak mampu tumbuh secara memadai, termasuk kesulitan menutup biaya konten dan operasi platform yang berkelanjutan.

Selain itu, perusahaan mengatakan sudah tidak lagi menerima pendanaan dari investor lama maupun baru. Oleh sebab itu, Singtel sebagai pemilik saham terbanyak mengajukan likuidasi. Kendati demikian, perusahaan telko itu mengatakan likuidasi ini tidak memiliki dampak pada bisnis perusahan. Sebagai bagian dari keputusan ini, perusahaan akan bertemu dengan pemilik saham dan kreditur pada 13 April.

Keputusan ini disebut mengagetkan sebab beberapa bulan lalu Head of Localization HOOQ Yvan Hennecart mengatakan berencana untuk menambah konten lokal di platformnya dan ada 100 judul orisinal untuk 2020.

30 April lalu, HOOQ resmi tutup, setelah 5 tahun menjadi salah satu aplikasi video streaming yang ada di Indonesia. HOOQ menyebut, keputusan untuk menutup layanannya adalah hal berat namun harus diambil.


Jadi, selain di HOOQ, kamu sudah langganan streaming film di mana nih? Untuk pengeluaran biaya langganan hiburan seperti streaming film juga harus tetap diatur ya. Jangan sampai berlebihan apalagi membuat kantong kamu bolong. Coba mulai set goals kamu di aplikasi Bibit, dengan fitur “goal setting” kamu bisa nih investasi untuk biaya hiburan lho! Kamu bisa atur berapa uang yang akan kamu kumpulkan, dan kapan tujuan kamu tercapai!