Tahukah Kamu Apa Bentuk Portofolio Reksadana?

Ekonomi membaik menjadi angin segar buat para investor mengembangkan cuannya dengan berinvestasi. Karena siapapun pasti menginginkan cuan alias untung, baik di masa sekarang maupun masa depan.

Memang ada sih investasi yang rentan terpengaruh oleh kondisi sosial, politik, dan ekonomi bahkan bencana, seperti investasi pasar saham. Akan tetapi, hal itu tetap tak menurunkan geliat investasi para investor karena masih banyak trik yang bisa dilakukan untuk tetap cuan. Di investasi reksadana contohnya. Caranya bisa “diakali” dengan diversifikasi atau membangun portofolio reksadana. Ada yang belum tahu apa itu portofolio reksadana.

Portofolio reksadana adalah kumpulan beberapa reksadana sekaligus yang dimiliki investor untuk tujuan diversifikasi. Artinya, kalau ada salah satu reksadana sedang kurang bagus performanya, bisa ditutupi oleh reksadana lain yang kinerjanya lebih bagus. Dengan demikian bisa disimpulkan portofolio reksadana bisa menjadi cara untuk hindari rugi.

Portofolio reksadana adalah kumpulan beberapa reksadana sekaligus yang dimiliki investor untuk tujuan diversifikasi. Artinya, kalau ada salah satu reksadana sedang kurang bagus performanya, bisa ditutupi oleh reksadana lain yang kinerjanya lebih bagus. Dengan demikian bisa disimpulkan portofolio reksadana bisa menjadi cara untuk hindari rugi.

 Portofolio Investasi Berdasarkan Jenis Reksadana

Secara umum jenis reksadana terbagi menjadi empat yakni reksadana pasar uang, pendapatan tetap, campuran, dan saham. Dalam setiap jenisnya memiliki portofolio investasi berbeda-beda. Yuk, kita cek satu-satu! 

1. Reksadana Pasar Uang (Money Market Fund)

Reksadana pasar uang adalah jenis reksadana yang melakukan investasi pada jenis instrumen investasi pasar uang dengan masa jatuh tempo kurang dari satu tahun. Bentuk instrumen investasinya dapat berupa time deposit (deposito berjangka), certificate of deposit (sertifikat deposito), Sertifikat Bank Indonesia (SBI), Surat Berharga Pasar Uang (SBPU), dan berbagai jenis instrumen investasi pasar uang lainnya.

Tujuannya untuk menjaga likuiditas dan pemeliharaan modal. Risiko reksadana pasar uang relatif paling rendah dibandingkan reksadana jenis lainnya.

2. Reksadana Pendapatan Tetap (Fixed Income Fund)

Reksadana pendapatan tetap adalah jenis reksadana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80 persen dari aktivanya dalam bentuk efek utang atau obligasi. Tujuannya untuk menghasilkan tingkat pengembalian yang stabil. Risikonya relatif lebih besar daripada reksadana pasar uang.

3. Reksadana Campuran (Balanced Mutual Fund)

Reksadana campuran adalah jenis reksadana mengalokasikan dana investasinya dalam portofolio yang bervariasi. Instrumen investasinya dapat berbentuk saham dan dikombinasikan dengan obligasi. Tujuannya untuk pertumbuhan harga dan pendapatan.

Risiko reksadana campuran bersifat moderat dengan potensi tingkat pengembalian yang relatif lebih tinggi dibandingkan reksadana pendapatan tetap.

4. Reksadana Saham (Equity Fund)

Reksadana saham adalah jenis reksadana yang menginvestasikan sekurang-kurangnya 80 persen dari aktivanya dalam bentuk efek bersifat ekuitas. Tujuannya untuk pertumbuhan harga saham atau unit dalam jangka panjang. Risikonya relatif lebih tinggi dari reksadana pasar uang dan reksadana pendapatan tetap, tetapi memiliki potensi tingkat pengembalian yang paling tinggi.

 

Nah sekarang pertanyaannya, bagaimana sih cara membangun portofolio reksadana yang tepat?

Pahami karakter reksadana

Kamu pasti sudah pada tahu kalau reksadana itu banyak jenisnya. Ada reksadana saham, reksadana obligasi atau pendapatan tetap, dan reksadana pasar uang. Nah, setiap reksadana ini ada karakternya masing-masing. Reksadana saham misalnya. Reksadana ini dikenal memiliki imbal hasil lebih besar dibanding jenis reksadana lainnya. Meski begitu, buat kamu pemula reksadana ini cukup berisiko karena fluktuasinya mengikuti perkembangan pasar saham.

Karena itu, kamu portofolio reksadanamu perlu ditambah untuk meminimalisir kerugian kalau memang tetap ingin berinvestasi reksadana saham. Caranya, bisa dengan menambah reksadana pasar uang sebagai portofolio reksadanamu. Soalnya, reksadana ini relatif tahan banting dengan keuntungan yang juga kompetitif. Coba bayangkan dua-duanya sedang bagus. Kamu bisa untung berlipat dari berbagai portofolio reksadanamu.

Diversifikasi jenis reksadana

Seperti yang sudah disebutkan pada bagian pembuka, diversifikasi investasi adalah strategi investasi. Kamu bisa mulai membangun portofolio reksadana dengan diversifikasi. Misalnya, kamu bisa mengambil reksadana pendapatan tetap dan reksadana saham sekaligus. Setelah itu, baru tentukan berapa persen dari dana investasimu yang akan dialirkan pada kedua jenis reksadana tersebut.

Untuk menentukannya, kamu bisa berpatokan pada tingkat risiko. Kalau kamu ingin mengejar return besar tanpa khawatir dengan tingkat risiko, beri porsi lebih besar untuk reksadana saham. Sebaliknya, kalau kamu cenderung ingin “main aman” beri porsi lebih besar untuk reksadana pendapatan tetap.

Setelah itu, lakukanlah evaluasi secara berkala. Tidak perlu terlalu sering, satu tahun sekali saja sudah cukup. Ini karena kamu memegang beberapa jenis reksadana sekaligus. Masing-masing reksadana tentu memiliki periode investasi yang berbeda, sehingga dibutuhkan waktu yang lebih panjang untuk bisa melihat apakah investasimu masih sesuai target awal atau tidak.

Menyesuaikan portofolio dengan tujuan keuangan pribadi

Cara membangun portofolio reksadana juga bisa didasarkan dari tujuan keuangan pribadimu. Masing-masing investor tentu memiliki tujuan keuangan untuk investasi yang dilakukannya. Misalnya ada yang berinvestasi untuk menyiapkan masa pensiun, ada juga yang berinvestasi untuk mendapat pemasukan tambahan. Nah, bagaimana denganmu sendiri?

Katakanlah kamu punya dana Rp2 juta untuk investasi reksadana. Return dari investasi tersebut ingin kamu jadikan persiapan masa pensiun. Namun, kamu merasa kurang sreg kalau harus menginvestasikan uang Rp2 juta tersebut pada reksadana saham, karena kurang sesuai dengan tujuan keuanganmu.

Sebagai alternatifnya, kamu bisa membagi investasi senilai Rp2 juta tersebut menjadi beberapa jenis reksadana, bukan hanya di reksadana saham saja. Selain itu, kamu juga bisa memilih Manajer Investasi (MI) yang berbeda dengan jenis reksadana yang sama.

Administrasi pencatatan

Cara lain membangun portofolio reksadana adalah dengan memperhatikan administrasi pencatatan. Sedikit informasi, reksadana termasuk sebagai harta yang perlu dilaporkan dalam SPT (Surat Pemberitahuan Tahunan).

Diversifikasi reksadana memang merupakan salah satu strategi yang efisien. Walau begitu, jika menyangkut masalah administrasi pencatatan, keberagaman tersebut justru bisa menyusahkan. Dengan menginvestasikan uangmu ke bermacam-macam reksadana sekaligus, maka portofoliomu akan semakin variatif isinya. Akibatnya, kamu akan kesulitan menentukan besaran nilai yang harus dilaporkan dalam SPT. Terlebih jika seluruh informasi investasimu tidak diarsipkan dengan baik.

Jika kamu ragu bisa melakukan administrasi pencatatan dengan tertib, sebaiknya portofolio reksadana tidak usah dibuat terlalu variatif. Membagi dana investasi ke dalam dua atau tiga jenis reksadana saja sudah cukup. Namun jika kamu yakin bisa mengatur pencatatan dengan baik, diversifikasi bisa terus dilakukan.

Untuk membangun portofolio yang baik memang tidak ada rumus pastinya. Ada banyak faktor yang mempengaruhi bagus tidaknya portofolio reksadana, bisa dari kemampuan MI, bisa juga dari waktu melakukan investasi. 

Itulah pentingnya portofolio reksadana, yaitu untuk meminimalisir kerugian, juga agar kamu bisa untung berlipat. Jadi nggak ada salahnya, kamu berinvestasi di semua jenis reksadana agar portofoliomu kuat di Bibit.id. Karena, di investasi reksadana online Bibit, banyak produk reksadana yang bisa kamu pilih dengan MI profesional yang siap memberikanmu keuntungan. Cuan bisa kamu dapatkan lewat genggaman. Yuk, install aplikasi Bibit di Play Store atau App Store.