Untuk merencanakan masa depan tentu akan ada banyak hal yang harus dipikirkan dan dipertimbangkan secara matang sejak dini termasuk soal investasi. Ada banyak anggapan di kalangan masyarakat awam bahwa investasi dalam sektor keuangan itu mahal dan rumit serta sulit bagi kalangan moderat dan cenderung memiliki modal yang sedikit.
Anggapan itu memang tidak sepenuhnya salah namun juga tidak sepenuhnya benar, karena saat ini sudah tersedia berbagai produk investasi keuangan yang dapat digunakan oleh kalangan moderat atau menengah dengan ekonomi rata-rata yang memiliki modal sedikit yaitu reksadana.
Reksadana adalah salah satu produk investasi keuangan yang terbilang cukup menarik karena selain menguntungkan juga disebut-sebut memiliki risiko yang minim, walaupun hal ini juga tergantung dari jenis reksadana yang dipilih si investor. Reksadana juga merupakan wadah untuk menghimpun dana atau modal yang asalnya dari investor, dan diinvestasikan dalam bentuk portofolio investasi. Kewenangan menginvestasikan modal tersebut ke dalam bentuk portofolio dilakukan oleh perusahaan perantara yang disebut Manajer Investasi (MI).
Manajer Investasi di sini bertugas untuk melakukan pengelolaan terhadap modal yang telah dihimpun dari para investor. Kemudian menempatkannya pada surat berharga seperti saham, obligasi, pasar uang dan lain sebagainya.
Namun, akhir-akhir ini telah banyak reksadana yang disuspensi akibat kesalahan dalam mengelola dana nasabah sehingga berujung gagal bayar. Reksadana tersebut adalah Reksadana PT Narada Asset Manajemen, enam produk Reksadana yang diterbitkan PT Minna Padi Aset Manajemen, dan Reksadana PT Pratama Capital Assets Management.
Biasanya kinerja pada reksadana ditentukan seberapa berisiko aset dasar maupun portofolio yang terkandung di dalamnya, sebagai gambaran saham lebih berisiko dibandingkan obligasi, dan obligasi dianggap lebih berisiko dibandingkan deposito karena adanya potensi gagal bayar (default). Umumnya terdapat tiga risiko utama yang terdapat pada instrumen reksa dana:
Berkurangnya NAB
Risiko berkurangnya NAB adalah risiko yang timbul karena menurunnya harga aset di dalam suatu portofolio reksadana. Jika dihubungkan dengan jenis reksadana maka saham bisa dikatakan paling berisiko karena fluktuasi harga pasarnya yang sangat tinggi.
Wanprestasi
Wanprestasi atau ingkar Janji merupakan risiko yang timbul karena penerbit (manajer investasi dan bank kustodian) tidak dapat memenuhi kewajiban-kewajiban seperti tertuang dalam prospektus dan peraturan yang berlaku.
Likuiditas
Risiko yang timbul karena MI tidak mampu membayar klaim pencairan (redemption) nasabah karena kekurangan likuiditas. Hal ini bisa dikarenakan pihak MI kesulitan menjual underlying portofolio reksa dana dalam waktu singkat, sehingga pembayaran kepada investor menjadi tertunda.
Untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan sebaiknya pilihlah produk dari penerbit reksa dana yang jelas track record-nya jelas tidak semata-mata kinerjanya baik dan hindari penerbit yang menjanjikan keuntungan pasti karena dilarang oleh regulator reksadana.
Untuk mencegah kerugian bagi nasabah dalam berinvestasi di reksadana, Presidium Prihatmo Hari Mulyanto Asosiasi Pelaku Reksadana dan Investasi Indonesia memberikan tips sebagai berikut:
Cek Terdaftarnya produk di Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Hal yang paling penting adalah terdaftarnya Reksadana di OJK. Jika memang produk itu tidak terdaftar, jika kamu memaksakan diri dan nekat untuk berinvestasi disana, jangan menyesal jika terjadi hal ganjal dan merugikan keuangan kamu.
Cek dengan Rinci Pengelolaan Keuangannya
Meski sudah terdaftar di OJK, jangan langsung tergesa-gesa menanamkan ke produk investasi itu. Kamu perlu mengecek pengelola keuangan atau dalam reksadana bisa disebut Manajer Investasi. Pengecekan ini dilakukan seperti siapa pengelolanya, reputasinya, dan produk pengelolaannya.
Jangan Mudah Tergiur dengan Iming-Iming Return Tinggi
Indikasi awal seperti iming-iming return tinggi itu bisa menjadi kecurigaan nasabah juga. Setidaknya, yang harus kamu percaya, investasi dengan return tinggi itu di saham. Namun, jika ada produk investasi lain yang katanya ‘memperoleh return tinggi’ dan melebihi tingginya return saham, kamu patut cari produk investasi yang lain.
Dana Kelolaan (AUM)
Dana kelolaan atau sering disebut AUM (Asset Under Management) adalah dana yang dikelola oleh reksa dana tersebut. Dana kelolaan bisa digunakan untuk mengukur seberapa besar reksa dana ini dipercaya oleh investor. Semakin besar dana kelolaan reksa dana, maka semakin tinggi juga tingkat kepercayaan investor terhadap kualitas Manajer Investasi reksa dana tersebut.
Expense Ratio
Expense Ratio mengukur seberapa besar biaya yang dikeluarkan untuk mengelola reksa dana. Management fees, Biaya Kustodian, Biaya Trading, Biaya Marketing adalah bagian dari perhitungan expense ratio. Lebih kecil expense ratio tersebut mencerminkan kepiawaian Manajer Investasi dalam mengelola reksa dana untuk investornya secara efisien.
Cara Memilih Manajer Investasi
Sebagai tips tambahan agar kamu terhindar dari manajer investasi yang kurang baik, berikut ini beberapa hal yang bisa kamu perhatikan dalam memilih manajer investasi (MI):
1. Strategi Berinvestasi
Seperti yang kita tahu bahwa produk reksadana terdiri dari 4 jenis yaitu reksadana pasar uang, reksadana pendapatan tetap, reksadana campuran dan reksadana saham. Meskipun jenis reksadananya sama namun MI satu dengan lainnya pasti memiliki gaya investasi yang berbeda. Katakanlah MI1 dan MI2 mengelola dana investor pada jenis reksadana saham.
MI1 memiliki strategi untuk mengalokasikan dana investornya hanya ke dalam saham-saham blue chip. Sementara itu MI2 memilih mengelola dana investornya dengan mengkombinasikan saham blue chip dengan 2nd dan 3rd liner. Lalu bagaimana cara mengetahuinya? Kamu bisa melihat gaya investasi MI dari acuan investasinya dalam prospektus reksadananya. Kemudian untuk melihat alokasi dana dan portofolio efek pada setiap efek bisa kamu lihat pada Fund Fact Sheet nya.
2. Sesuai Dengan Profil Risiko
Manajer Investasi yang terpercaya belum tentu menjadi yang terbaik bagi investasi reksadanamu. Bagaimana maksudnya? Jadi yang harus kamu lakukan yakni menimbang profil risikomu. Sebab hal ini akan memberikan gambaran seberapa besar risiko yang dapat kamu toleransi.
Terdapat 3 profil risiko dalam dunia investasi yaitu konservatif, moderat dan agresif. Ingat tingkat risiko ini akan berbanding lurus dengan keuntungannya. Jadi semakin besar risiko produk instrumen investasi maka akan semakin besar pula potensi keuntungannya.
Oh iya, kamu juga bisa mengalokasikan dana investasimu ke beberapa produk reksadana. Tujuannya agar alokasi dana milikmu tersalurkan ke beberapa produk reksadana dengan profil risiko yang berbeda. Jangan lupa juga selalu evaluasi hasil kinerja MI secara berkala dan dokumentasikan hal tersebut untuk kepentingan analisismu sendiri.
Pertanyaan selanjutnya adalah “bagaimana menghadapi reksadana yang nilainya menurun?”. Tidak perlu khawatir, berikut ini ada cara tentang bagaimana menyikapi saat reksadana kita mengalami penurunan yang bisa kamu baca di sini.Penting untuk diketahui juga selain selalu memberikan edukasi tentang investasi, dalam hal keamanan Bibit sudah sangat terjamin karena Aplikasi Bibit (PT Bibit Tumbuh Bersama) berizin dan diawasi oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK).
Mengingat bahwa 99% masyarakat Indonesia adalah investor pemula, tentunya memilih reksa dana yang bagus di antara ribuan reksa dana di Pasar Modal Indonesia akan terlihat rumit dan membingungkan. Di sini Bibit akan membantu kamu memilih reksa dana terbaik sesuai profil risiko kamu.
Bahkan sebelum Bibit kerjasama dengan Manajer Investasi, aplikasi Bibit sudah melakukan analisa dan hanya seleksi manajer investasi dengan track record dan reputasi yang baik. Setelah itu Bibit bantu riset dan seleksi reksadana yang cocok untuk investor pemula dan dimasukkan ke list Top Reksadana. Bibit ingin investor Indonesia tidak bingung lagi dalam memilih reksa dana dan bisa segera mulai investasi dengan tenang. Yuk, mulai reksadana yang tepat dan aman di Bibit sekarang juga!