Seseorang berinvestasi supaya mendapatkan imbal hasil yang menguntungkan untuk meningkatkan nilai asetnya. Salah satu caranya yaitu dengan menempatkan dana pada instrumen keuangan, seperti obligasi atau surat berharga yang diterbitkan oleh pemerintah.
Sebelum melangkah serius pada instrumen tersebut, seorang investor perlu memiliki pengetahuan yang cukup akan penghitungan yield yang menjadi faktor penentu apakah obligasi FR (Fixed Rate) menguntungkan atau tidak.
Lantas, berapa yield beli obligasi FR tahun ini? Simak penjelasan selengkapnya di bawah ini sampai akhir untuk mengetahui bagaimana cara menghitung yield obligasi FR.
Cara Menghitung Potensi Keuntungan Yield dari Investasi Obligasi
Yield obligasi adalah return per tahun sesungguhnya dari suatu obligasi jika investor memegang obligasi tersebut hingga jatuh tempo. Untuk mengetahuinya, seorang investor perlu menghitung hal lain, yakni kupon, , capital gain/loss, dan accrued interest.
Mari kupas satu per satu cara penghitungannya di bawah ini.
1. Kupon (Bunga)
Ini adalah hal utama yang perlu diketahui sebelum menghitung yield beli obligasi. Pengertian kupon dalam obligasi merupakan bunga yang dibayarkan penerbit obligasi kepada investor secara berkala. Pada obligasi FR dibayarkan setiap 6 bulan sekali.
Adapun jumlah kupon didapat dari hasil mengalikannya dengan jumlah dana yang diinvestasikan, kemudian dikurangi pajak penghasilan 10%.
Misalnya, kamu membeli obligasi FR senilai Rp 100 juta dengan kupon 10%. Maka, nilai kupon yang diterima tiap 6 bulan sekali yaitu:
Modal: Rp 100.000.000
Kupon: 10%
Kupon per tahun sebelum pajak: Rp 10.000.000
Kupon per enam bulan: Rp 5.000.000
Kupon setelah pajak 10%: Rp4.500.000
2. Capital Gain/Loss
Berikutnya menghitung capital gain/loss. Yield di instrumen obligasi selain mencakup kupon juga termasuk capital gain/loss hasil dari transaksi di pasar sekunder. Harga obligasi FR di pasar sekunder dapat berubah setiap hari sehingga terdapat potensi capital gain/loss jika menjual obligasi di harga lebih tinggi/rendah dari harga belinya.
Misalnya, investor menjual obligasinya dengan harga 102%. Maka, persentase tersebut dikurangi 100% kemudian dikali modal untuk mendapatkan nilai capital gain. Maka, capital gain yang dihasilkan menjadi:
Rp100.000.000 x (102-100)% = Rp 2.000.000
Rumus tersebut juga berlaku untuk menghitung capital loss atau kerugian.
3. Accrued Interest (Bunga Berjalan)
Penghitungan yield beli obligasi bisa dipengaruhi oleh hal lain, seperti accrued interest, yakni bunga berjalan atau kupon yang harus dibayar pembeli kepada penjual obligasi. Kupon ini berlaku apabila transaksi beli terjadi di antara tanggal pembayaran kupon.
Contohnya begini, investor A membeli obligasi dari investor B senilai Rp 100.000.000 dengan tingkat kupon 10% pada 1 Maret 2023, yang mana jatuh tempo obligasi itu adalah 1 Juli 2024. Kupon dibayar setiap 1 Januari dan 1 Juli.
Selain membayar harga obligasi, investor A juga perlu membayar bunga berjalan yang menjadi hak investor B dari tanggal pembayaran kupon terakhir pada 1 Januari 2023 hingga 1 Maret 2023. Untuk mengetahui jumlah accrued interest, maka perhitungannya adalah sebagai berikut.
Accrued Interest = (Jumlah hari sejak kupon terakhir/365) X Tingkat Kupon per Tahun X (1 - Pajak) X Nilai Obligasi yang dijual
Yang perlu dipahami pada rumus di atas adalah:
Jumlah hari sejak kupon terakhir: Ini berarti jumlah hari dari tanggal pembayaran kupon terakhir hingga tanggal penjualan obligasi tersebut. Pada kasus ini adalah jumlah hari dari 1 Januari 2023 hingga 1 Maret 2023. Hasilnya perhitungannya adalah 59 hari.
Pajak: Tingkat pajak kupon obligasi adalah 10% menurut aturan pemerintah
Maka hasil dari accrued interest untuk transaksi obligasi pada contoh adalah
Accrued Interest = (59/365) X 10% X (1 - 10%) X Rp 100.000.000 = Rp 1.454.795
Dari rumus tersebut, ditemukan jumlah accrued interest yang perlu dibayar (setelah pajak) sejumlah Rp 1.454.795
4. Yield to Maturity (Potensi Keuntungan per Tahun)
Selain accrued interest, terdapat konsep yield to maturity (YTM) dalam menghitung yield beli obligasi. Ini adalah sebuah potensi, di mana keuntungan per tahun yang diperoleh dari kupon dan selisih harga, dengan syarat seorang investor memegang obligasi sampai dengan tanggal jatuh tempo. Nilainya berbanding terbalik dengan pergerakan harga, baik itu naik ataupun turun.
Baca juga: Apa Itu Fixed Rate Obligasi? Ini Penjelasannya!
Obligasi vs Deposito, Mana yang Lebih Baik?
Tidak sedikit sejumlah investor membandingkan obligasi dengan deposito, yang mana keduanya berbeda.
Sementara secara return atau imbal hasil Obligasi FR VS Deposito, keuntungan jika kamu berinvestasi di obligasi FR di atas bunga deposito.
Dari segi pajak, deposito lebih besar 20% dengan tingkat bunga yang rendah. Tidak seperti obligasi, deposito tidak bisa diperdagangkan di pasar sekunder sehingga tidak memberikan potensi capital gain. Belum lagi masalah varian tenor yang lebih pendek dari obligasi.
Pertimbangan di berbagai sisi, tetap saja masih unggul obligasi dibandingkan deposito, terutama jika tujuan utama kita adalah meraih keuntungan yang dapat diprediksi di masa depan. Sekelas investor berpengalaman saja menjadikan instrumen keuangan ini sebagai penyeimbang instrumen investasi di bidang lain. Salah satu alasannya, yaitu karena modal obligasi FR akan kembali jika dipegang hingga masa tempo tiba. Sehingga yield beli obligasi menghasilkan dalam jumlah yang maksimal.
Selain mengetahui beberapa poin tentang yield beli obligasi di atas, hal krusial lain yang tidak boleh diabaikan adalah memilih platform yang tepat untuk investasi obligasi, seperti Bibit.
Dengan pilihan produk obligasi yang beragam kamu bisa melakukan diversifikasi investasi kamu dalam satu aplikasi.