Jika membicarakan teori investasi, satu artikel ini tidak akan cukup. Mengingat, teori investasi bakal berhubungan dengan pengertian-pengertian dari para ahli dari Haming dan Basalamah hingga John Maynard Keynes, juga sejarah dan perkembangan investasi dari waktu ke waktu. Panjang banget.
Namun, secara umum teori investasi merupakan aktivitas yang bertujuan untuk mencari keuntungan dengan cara menanamkan dana dalam periode tertentu. Keuntungan dari investasi bisa didapatkan dari penambahan nilai aset dan selisih harga beli dengan harga jual.
Karena bertujuan untuk mencari keuntungan, investasi tidak bisa dilakukan secara asal-asalan. Sebab investasi itu memiliki risiko. Di pasar modal yang terkenal dengan fluktuasi nilai misalnya. Kita bisa tiba-tiba dapat untung karena pasar sedang “baik. Begitu juga sebaliknya, kamu bisa mendadak pusing karena nilai investasimu kebakaran akibat faktor sosial dan politik.
Bagaimana agar tak rugi saat investasi saham? Baca tips-tipsnya DI SINI
Oleh sebab itu, diperlukan strategi dan teori investasi yang tepat saat kamu berinvestasi di pasar modal tidak terkecuali reksadana. Untuk pemula strategi ini sangat penting diketahui agar kamu terhindar dari rugi. Lebih dari itu, dapat cuan. Yuk, simak bersama-sama.
Dollar Cost Averaging (DCA)
DCA bisa dianggap begini: Kamu investasi rutin saja terus tanpa memikirkan apakah investasimu mengalami kenaikan atau penurunan. Untuk pemula, strategi ini sangat bagus terutama saat kamu investasi reksadana. Pasalnya, kamu tidak perlu menganalisis pasar dan dapat berinvestasi secara auto debet atau terpotong otomatis setiap bulan. Selain itu, kamu tidak perlu dana investasi yang besar untuk melakukan DCA. Seperti di Bibit kamu bisa melakukan DCA bahkan dengan nominal terkecil, yaitu Rp10.000,-.
DCA direkomendasikan untuk kamu yang ingin investasi jangka panjang untuk mencapai goals tertentu. Bedanya dengan nabung rutin? Secara prinsip sebenarnya sama. Akan tetapi karena dilakukan dalam instrumen saham dan reksadana, keuntungan yang dihasilkan berpotensi lebih besar. Belum lagi, DCA itu akan membuatmu lebih konsisten dan termotivasi dalam menyisihkan dana untuk investasi. Sehingga mungkin tanpa kamu sadari, dengan DCA, seperti kata pepatah, sedikit demi sedikit, lama-lama investasimu bakal menjadi duit, hehe.
Ingin tahu cara cuan investasi reksadana? Temukan jawabannya DI SINI
Lump Sum
Strategi dan teori investasi ini merupakan kebalikan dari DCA. Lump sum adalah strategi investasi saat kamu menginvestasikan seluruh danamu, tanpa menambah lagi nilainya (top up). Strategi lump sum dekat dengan aktivitas trading di mana kamu membeli saham atau reksadana saat harganya turun. Tahan beberapa waktu, kemudian kamu jual lagi saat harganya naik. Oleh sebab itu, saat menerapkan teori investasi ini, kamu harus sudah mampu menganalisis pasar.
Cara-cara menganalisis pasar modal untuk pemula, baca selengkapnya DI SINI
Selain sudah mampu menganalisis pasar dan memprediksi timing yang tepat untuk membeli dan menjual, strategi lump sum juga umumnya membutuhkan dana yang cukup besar. Pasalnya, dengan dana yang terbatas keuntungan lump sum tidak akan maksimal. Berdasarkan uraian ini, lump sum bisa dianggap kurang cocok untuk investor pemula dengan dana terbatas dan masih dalam tahap belajar.
Buy and Hold
Strategi ini terbilang cukup sederhana namun tentu saja tidak mudah dalam implementasinya bagi semua orang. Terutama untuk kamu yang mempunyai tujuan keuangan jangka panjang, strategi ini dirasa yang paling tepat. Contohnya seperti membangun rumah, membeli mobil, pendidikan anak dan lain sebagainya.
Sesuai dengan namanya, konsep definisi dari strategi buy and hold adalah membeli (buy) instrumen investasi dan mendiamkannya (hold) dalam jangka waktu cukup lama tanpa memperhatikan pergerakan harganya di pasar. Asumsi dari strategi ini yaitu investasi dalam jangka panjang akan membawa keuntungan yang lebih maksimal sekaligus meminimalisir risiko kerugian yang bisa saja terjadi setiap saat.
Namun untuk benar-benar bisa mendapatkan keuntungan dari strategi ini, kamu disarankan untuk menjalankannya setidaknya selama lima belas tahun. Jadi selama kurun waktu lima belas tahun tersebut, dana investasimu akan disimpan tanpa melakukan penjualan satu kalipun.
Market Timing
Strategi yang satu ini mewajibkan investor untuk memiliki ketelitian yang cukup tinggi. Maksudnya kamu harus mengetahui kapan waktu yang benar-benar tepat untuk membeli investasi demi mendapatkan keuntungan yang maksimal. Umumnya kamu harus mengamati saat pasar mulai mengalami penguatan dan harga produk investasi yang kamu targetkan masih cukup rendah.
Caranya kamu harus rajin memantau pergerakan Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) serta fluktuasi imbal hasil obligasi. Selain membutuhkan ketelitian dan kesabaran, ketepatan waktulah yang menjadi kunci utama agar strategi ini berjalan dengan sukses. Pengelolaan manajemen emosi juga teramat penting agar terhindar dari tindakan membeli reksadana dengan harga mahal lalu menjualnya kembali saat pasar bergerak turun.
Demikian beberapa strategi yang bisa kamu pilih dalam berinvestasi reksadana. Meski begitu, kamu pun dapat mengkombinasikan semuanya kok. Di Bibit reksadana online keempat strategi investasi tersebut sangat mungkin. Fleksibilitas ini bakal membuat kamu semua nyaman berinvestasi reksadana di Bibit, dengan produk-produk reksadana dan Manajer Investasi dengan reputasi terbaik. Untuk tambahan, kamu bisa belajar dahulu tentang bagaimana cara kerja reksadana pada artikel Bibit di sini. Yuk download aplikasi Bibit di Google Play dan AppStore.