Virus COVID-19 bukan saja mengancam kesehatan, tapi juga mengancam dunia investasi. Tidak sedikit investor yang melakukan panic selling agar tak merugi. Menurut pantauan Liputan6.com, sejak COVID-19 menyerang, berkali-kali pasar saham di Indonesia harus dihentikan sementara karena mengalami penurunan 5%.
Itu kan pasar saham, bagaimana dengan reksa dana? Kalau pasar tidak membaik bagaimana jika reksa dana terus merugi?
Sama dengan pasar saham karena sama-sama dalam konteks investasi, reksa dana pun mengalami fluktuasi atau turun naik. Ada ketidakpastian pasar karena pandemi. Jadi harus gimana dong? Cut loss aja gitu? Ikut-ikutan panic selling juga? Atau jangan dulu investasi? Bagaimana jika reksadana terus merugi di tengah pandemi ini?
Baca Aman Finansial di Tengah Krisis di sini.
Jangan panik, tetap tenang. Pertimbangkan 3 hal ini sebelum kamu melakukan langkah drastis. Siapa tahu bermanfaat.
Ingat Tujuan Investasi
Ingat-ingat kembali tujuan awal kamu berinvestasi reksa dana ketika pikiranmu terganggu dengan pertanyaan “Bagaimana jika reksadana rugi?”
Kalau tujuanmu jangka pendek tidak ada salahnya kamu melakukan cut loss atau menjual portofolio investasi untuk menghindari kerugian yang lebih besar. Namun kalau tujuanmu berinvestasi adalah jangka panjang, cut loss reksadana bukanlah pilihan yang baik. Sebab, menurut Warren Buffet, menjual investasi di masa krisis akan menghilangkan kesempatanmu mendapat untung di masa depan. Menurut pandangan investor dunia tersebut, semua krisis pasti berlalu, dan setelah semua berakhir pasar semua akan kembali membaik. Ketika itu terjadi, nilai investasimu akan meningkat berkali-kali lipat, tak terkecuali reksa dana.
Ketahui Kinerja Manajer Investasimu
Coba cari informasi kinerja dan reputasi Manajer Investasi (MI) di mana kamu berinvestasi reksa dana. Kalau MI-mu baik dan mempunyai reputasi terpercaya, jangan melakukan panic selling. Karena, mereka pasti sudah mempersiapkan strategi agar investasi nasabahnya tidak merugi dan kuat menghadapi goncangan pasar. Dan satu lagi, kalau kamu punya MI yang bagus tapi keukeuh melakukan penjualan, ini bisa diibaratkan kamu menjual barang bagus yang sangat berguna untuk masa depanmu. Sayang banget, kan?
Averaging Down? Siapa takut!
Kalau kamu seorang investor yang berani mengambil risiko, alih-alih menjual reksadana mu jauh lebih baik kamu melakukan averaging down. Ya, inilah saatnya kamu menambah portofolio investasimu dengan membeli saat harganya sedang turun. Namun satu hal yang perlu kamu ingat, averaging down perlu analisis pasar yang mendalam dan prediksi yang presisi.
Tipsnya, lakukan diversifikasi investasi dengan menggunakan dana yang kamu rutin sisihkan untuk investasi selama ini. Sebagai contoh, di masa krisis ini reksa dana yang paling terdampak adalah reksa dana saham. Karena itu, investasikan danamu yang masih ada untuk reksa dana yang lain seperti pasar uang. Finance Detik melansir, reksa dana pasar uang adalah investasi yang aman di tengah pandemi. Tidak hanya reksa dana pasar uang, kamu juga berinvestasi saham atau deposito.
Mengalihkan Ke Jenis Reksadana yang Risikonya Rendah
Langkah ini sesuai bila tujuan investasimu ingin kamu capai dalam jangka waktu pendek atau kurang dari satu tahun. Jadi misalkan investor memiliki investasi reksadana saham yang kondisinya sedang floating loss dan rencana pencairannya sekitar beberapa bulan lagi.
Langkah yang bisa investor ambil untuk mengoptimalkan waktu yang ada tersebut adalah dengan mengalihkannya ke produk reksadana yang risikonya lebih rendah. Namun tentunya dengan pertimbangan serta analisis yang baik agar mendapatkan jenis reksadana yang kinerjanya lebih baik dari sebelumnya.
Memonitor Pengeluaran Harian
Saat kita berada dalam situasi ekonomi yang tidak kondusif, pasti pada situasi tersebut akan berdampak langsung pada kelangsungan investasi yang kita miliki. Untuk itu pentingnya masing-masing dari kita untuk menanggapi keadaan ini dengan lebih memperhatikan pengeluaran yang kita lakukan setiap harinya. Langkah ini tentu saja untuk mengantisipasi keadaan yang tidak diinginkan bila sewaktu-waktu adanya kebutuhan darurat pada masa yang akan datang.
Karena tidak menutup kemungkinan investasi kamu yang berada pada berbagai instrument investasi mengalami kerugian dalam periode yang sama. Jadi penghematan dalam pengeluaran bisa kita sisihkan sebagian dananya untuk menghadapi kondisi ekonomi yang sedang tidak menentu ini. Hal ini juga bertujuan agar kamu bisa mencukupi kebutuhan pokok sehari-hari tanpa harus mencairkan terlebih dahulu dana investasi yang sedang mengalami floating loss.
Cut Loss
Cut loss adalah pilihan terakhir yang mau tidak mau harus diambil pada situasi dan kondisi yang memang mengharuskannya. Jadi cut loss sendiri adalah menjual investasi yang kamu miliki dengan harga jual yang lebih rendah dari harga belinya.
Ini adalah risiko dari investasi yang harus semua investor ketahui dalam mengarungi dunia investasi. Memang terlihat pahit, namun terkadang langkah ini harus investor ambil apabila tidak mau mengalami kerugian yang lebih dalam lagi. Alasan lain investor harus melakukan cut loss adalah karena dana tersebut dibutuhkan dalam situasi yang mendesak. Untuk mengetahui cara bagaimana melakukan penjualan reksadana bisa kamu baca di sini.
Pada akhirnya, mau jual ataupun beli lagi reksa dana agar tak rugi itu bukanlah dosa. Kamu yang paling tahu mana langkah terbaik untuk menyelamatkan investasimu. Namun sekali lagi, jangan tergesa-gesa mengambil keputusan, ya. Pahami kondisi dan pertimbangkan dengan matang segala tindakan yang akan diambil. Percaya deh, seperti salah satu judul lagu paling populer di Indonesia yang dinyanyikan Chrisye, “Badai Pasti Berlalu”. Begitu juga Corona, pasti pergi dan membuat dunia investasi sehat kembali. Kalau kamu mau investasi reksa dana, jangan ragu juga untuk memilih Bibit.id. Investasi semudah belanja online karena dilakukan lewat aplikasi. Yuk download aplikasinya di Google Play dan AppStore.