Salah satu kemampuan dasar yang harus dimiliki oleh investor pemula adalah menilai harga saham yang wajar. Mengapa kemampuan ini penting? Karena dengan mengetahui harga wajar suatu saham, akan membantu investor dalam pengambilan keputusan investasi yang tepat.
Kunci dari menilai kewajaran harga suatu saham sudah terlalu mahal (overvalued) atau tergolong murah (undervalued) adalah analisis fundamental. Selain itu data dan rasio dari laporan keuangan perusahaan, kondisi pasar, dan nilai saham itu sendiri juga perlu untuk dipahami.
Untuk menghitung harga wajar saham, investor dapat menggunakan metode nilai intrinsik. Analisis fundamental melibatkan analisis rasio keuangan perusahaan, seperti rasio laba, rasio harga-ke-laba, dan rasio utang, untuk menilai kinerja dan valuasi perusahaan. Dengan menggabungkan informasi dari beberapa rasio ini, investor dapat menentukan apakah suatu saham layak untuk dimiliki.
Mari kita pelajari lebih lanjut mengenai cara menghitung harga wajar saham dan analisis fundamental untuk menentukan nilai kewajaran sebuah saham dan memaksimalkan potensi keuntungan.
Pengertian Harga Saham Wajar
Harga saham yang wajar secara sederhana adalah harga yang dianggap sebanding dengan fundamental perusahaan. Penilaian ini berdasarkan kinerja dan prospek bisnis dan keuangan perusahaan. Tapi, perlu diperhatikan bahwa harga suatu saham juga dapat dipengaruhi oleh kondisi pasar.
Dalam menilai sebuah perusahaan sehat dan berpotensi menghasilkan keuntungan di masa depan, investor dapat memperhatikan beberapa faktor. Beberapa faktor yang dipertimbangkan meliputi jumlah aset, kekayaan bersih, utang perusahaan, dan pendapatan serta laba bersih yang diperoleh dari tahun ke tahun. Metode ini digunakan untuk menentukan valuasi perusahaan.
Tapi perlu kamu tahu juga bahwa harga suatu saham juga dipengaruhi oleh aktivitas tawar-menawar di market, yang tentunya menyebabkan fluktuasi harga. Oleh karena itu, penting bagi investor untuk melihat kredibilitas perusahaan dan potensi keuangan mereka untuk memastikan keputusan investasi yang tepat.
3 Rasio Umum yang Sering Investor Gunakan
Berikut ini beberapa rasio yang bisa kamu pergunakan untuk mengetahui nilai saham yang wajar:
1.Earnings Per Share (EPS)
Earnings Per Share (EPS) adalah salah satu rasio yang umum digunakan oleh investor untuk menentukan harga wajar saham. EPS mengukur laba bersih perusahaan dalam setahun kemudian dibagi dengan jumlah lembar saham yang beredar. Dengan kata lain nilai EPS adalah jumlah laba yang dihasilkan oleh perusahaan untuk setiap lembar saham yang dimiliki oleh pemegang saham.
Langkah pertama dalam menggunakan metode EPS adalah mengetahui nilai laba bersih perusahaan selama periode satu tahun. Nilai ini bisa ditemukan dalam laporan keuangan perusahaan di bagian laporan laba rugi.
Kemudian laba bersih yang tersedia untuk pemegang saham biasa dibagi dengan jumlah saham yang beredar, kita akan mendapatkan nilai EPS perusahaan. Ingat, jika nilai EPS perusahaan tersebut tinggi, maka nilai sahamnya juga semakin baik. Karena EPS ini memberikan indikasi tentang prospek pendapatan perusahaan dari tahun ke tahun.
Rumus Earnings Per Share:
2. Price to Earnings Ratio (PER)
Rasio selanjutnya adalah Price to Earnings Ratio (PER), yaitu rasio yang menggambarkan perbandingan antara harga saham dengan laba per saham (EPS) sebuah perusahaan.
Analogi sederhana dari rasio PER adalah rasio yang menunjukkan berapa kali investor bersedia membayar harga suatu saham perusahaan untuk setiap laba per saham yang dihasilkan.
Dalam menggunakan rasio ini, penting untuk membandingkan PER suatu saham dengan rata-rata PER perusahaan dalam industri yang sama. Misalnya, jika saham A berada di sektor energi, kita perlu melihat rata-rata PER perusahaan di sektor energi tersebut.
Jika PER saham A lebih tinggi dari rata-rata industri, itu bisa menunjukkan bahwa saham A dihargai lebih tinggi atau mungkin overvalued. Sebaliknya, jika PER saham A lebih rendah dari rata-rata industri, hal itu menunjukkan bahwa saham A dihargai lebih rendah atau mungkin undervalued. Namun, kamu juga perlu mencari tahu mengapa suatu saham dihargai lebih tinggi atau rendah dari rata-rata industrinya. Misalnya, perusahaan memang mencatatkan kinerja yang lebih baik atau tidak dari industri.
Rumus Price to Earning Ratio:
3. Price to Book Value (PBV)
Pendekatan selanjutnya adalah menggunakan rasio Price to Book Value (PBV). Rasio ini membandingkan harga saham dengan nilai buku per saham . Cara perhitungannya adalah dengan membagi nilai ekuitas dengan jumlah saham beredar.
Metode PBV lebih fokus ke nilai aset bersih atau ekuitas perusahaan daripada laba bersih perusahaan.
Secara umum, jika nilai PBV perusahaan lebih dari 1, harga suatu saham dapat dikatakan mahal. Artinya investor membayar lebih dari nilai aset bersih atau ekuitas perusahaan . Di sisi lain, jika nilai PBV kurang dari 1, harga suatu saham cenderung tergolong murah.
Namun, kamu bisa juga untuk memperhatikan nilai PBV pada emiten saham sejenis. Dalam industri yang sama, perusahaan-perusahaan sering memiliki karakteristik yang mirip dan aset yang bisa dibandingkan. Dengan membandingkan nilai PBV antara perusahaan sejenis, kita dapat memperoleh informasi yang lebih baik tentang apakah harga saham suatu perusahaan masih dalam batas wajar atau tidak.
Rumus Price to Book Value:
Baca juga: Cara Beli Saham di Bibit Plus dengan Mudah
Demikian penjelasan singkat kita mengenai apa itu harga saham wajar dan bagaimana menilainya menggunakan beberapa rasio, yaitu EPS, PER, dan PBV. Ketiga rasio ini memberikan perspektif dalam mengevaluasi apakah harga suatu saham perusahaan wajar atau tidak.
Jika kamu menginginkan aplikasi saham yang menyediakan pengalaman investasi yang lebih mudah, Bibit Plus adalah pilihan yang tepat. Dengan Bibit Plus, kamu bisa mendapatkan fitur eksklusif dan mudahnya berinvestasi di berbagai aset hanya dalam satu aplikasi.