Sobit pasti sudah tahu kan kalau reksadana menjadi salah satu jenis investasi yang banyak diincar investor pemula. Ya benar banget, alasannya karena reksadana mudah dikelola. Kita hanya perlu duduk manis dan kinerja dana sudah dikelola oleh manajer investasi.
Berperan sebagai wadah yang menampung dana para investor untuk diinvestasikan ke berbagai instrumen, investasi reksadana memungkinkan kalian mulai berinvestasi dengan nilai relatif terjangkau, lho. Belum lagi tersedianya manajer investasi yang siap mengelola modal, hal ini sudah pasti memudahkan investor pemula.
Meskipun begitu, bukan berarti kita bisa lepas tangan sepenuhnya karena adanya risiko investasi. Adanya risiko tersebut kadang menyurutkan langkah investor untuk berinvestasi, namun tetap saja ada satu jenis investasi yang mungkin cocok dengan risiko dan kebutuhan kita. Apalagi kalau kita bisa melakukan sejumlah strategi untuk bisa meminimalisir risiko yang ada di portofolio reksadana tersebut.
Oleh karena itu, kamu perlu belajar strategi investasi reksadana agar bisa mendapatkan cuan maksimal.
Berikut ini tujuh strategi reksadana yang mudah diterapkan untuk bisa mengurangi risiko portofolio reksadana kita!
1. Dollar Cost Averaging
Strategi investasi dollar cost averaging adalah cara investasi rutin dengan nilai rupiah yang sama dalam periode waktu tertentu. Strategi ini cukup popular karena memiliki banyak keuntungan, apalagi jika kamu tidak bisa menebak atau memprediksi kapan portofolio investasi kamu, seperti saham, reksadana saham, dan aset investasi yang lain turun harga atau naik harga.
Konsep dasar dari strategi ini adalah melakukan investasi rutin dalam jumlah yang sama tanpa memperdulikan berapa harganya dengan tujuan mengurangi risiko yang muncul dari fluktuasi penurunan harga. Dengan berinvestasi rutin, selain uang yang kamu keluarkan lebih kecil, kamu juga bisa terhindar dari kerugian yang lebih besar saat market turun karena rata-rata harga pembelian kamu bisa terjaga moderat.
Strategi investasi ini cocok untuk tujuan investasi jangka panjang lebih dari 5 tahun. Selain bisa dipakai untuk investasi saham, strategi investasi dollar cost averaging juga bisa dipakai untuk investasi saham.
2. Value Cost Averaging (VCA)
Strategi investasi Value Cost Averaging dipakai jika kamu memiliki waktu cukup untuk memantau perkembangan harga saham atau nilai reksadana. Dengan mengetahui fluktuasi harga, maka kamu bisa menentukan posisi apakah mau menambah portofolio aset yang kamu miliki.
Kamu akan menahan pembelian jika kemudian nilai investasi, contohnya saham atau reksadana, mengalami kenaikan di atas pembelian pertama. Jika kemudian kamu melihat harga reksadana yang ditunjukkan dari Nilai Aktiva Bersih (NAB)/Unit Penyertaan (UP) naik di atas harga pembelian pertama maka kamu akan menahan diri melakukan pembelian. Sebaliknya, jika harga turun maka kamu akan membeli aset investasi tersebut dengan jumlah lebih besar.
Baca juga : Ciri Aplikasi Reksadana Terbaik
3. Averaging Up
Strategi investasi averaging up lebih dikenal dalam investasi saham. Strategi investasi ini dilakukan dengan melakukan pembelian bertahap saham yang sudah dimiliki untuk memaksimalkan keuntungan. Contohnya, kamu memiliki saham Telkom (TLKM) sebanyak 100 lot di harga Rp2900.
Nah, seminggu kemudian harganya naik menjadi Rp3000 per lot. Di saat itulah kamu memutuskan untuk menambah kepemilikan saham TLKM sebanyak 20 lot. Selang 1 bulan saham TLKM melejit ke angka Rp3500 dan disaat itulah kamu menjual seluruh saham TLKM yang dimiliki. Pembelian saham TLKM sebanyak 20 lot itulah yang disebut dengan averaging up.
4. Average Down
Average Down adalah strategi investasi dengan melakukan pembelian secara bertahap ketika harga saham di bursa efek Indonesia sedang mengalami penurunan. Selain untuk saham, strategi investasi ini juga kamu gunakan untuk investasi reksadana.
Dengan strategi investasi ini, maka potensi keuntungan yang bisa kamu peroleh bisa jadi lebih besar jika dibandingkan strategi dollar cost averaging (DCA). Namun untuk itu maka kamu perlu aktif mengecek pergerakan harga saham dan reksadana secara rutin.
5. Buy On Weakness, Sell On Strength
Biasanya strategi investasi ini lebih banyak dipakai oleh trader saham baik harian maupun swing trade. Dengan tujuan investasi jangka pendek, strategi investasi Buy On Weakness, Sell On Strength dilakukan untuk mengejar capital gain dari fluktuasi harga saham yang terjadi setiap hari.
Inti dari strategi investasi ini adalah membeli saham saat harga turun dan menjualnya kembali secepat-cepatnya jika harga naik sesuai target. Dengan membatasi kerugian (cut loss) maka biasanya trader saham akan menjual sahamnya jika kemudian target kenaikan harga tidak tercapai.
6. Strategi Lump Sum
Lumpsum menjadi salah satu strategi untuk meningkatkan hasil investasi. Lumpsum adalah istilah keuangan yang berarti pembayaran dilakukan sekaligus dalam satu waktu saja. Sedangkan dalam investasi, lumpsum bisa diartikan dengan menempatkan dana investasi secara langsung di awal saat harga sedang diskon. Dengan strategi ini maka kamu akan bisa mendapatkan keuntungan besar saat nilai investasi kamu naik.
Nah, dalam investasi reksadana, strategi lumpsum bisa kamu terapkan untuk memperoleh keuntungan tinggi. Apalagi investasi reksadana tidak membutuhkan modal awal yang besar, tidak seperti investasi properti atau jenis investasi yang lain. Bahkan di Bibit, kamu bisa mulai berinvestasi di reksadana mulai Rp10 ribu.
Strategi investasi dengan pembelian sekaligus, biasanya dilakukan oleh investor kakap bermodal besar yang tidak ingin ribet mengurus investasi secara rutin. Namun kelemahan berinvestasi dengan cara lumpsum adalah kamu hanya mendapatkan satu harga saja. Itulah sebabnya, bisa jadi pada akhirnya, imbal hasil dari investasi dengan cara lumpsum lebih kecil dibandingkan dengan dollar cost averaging (DCA) atau Value Cost Averaging.
Strategi investasi ini akan memberikan untung yang besar jika kemudian kamu membeli reksadana atau saham di saat harga sangat rendah. Hanya saja risiko yang ditanggung lebih besar, karena dengan satu harga maka saat nilai investasi turun, kerugiannya juga lebih besar.
Baca juga : Pilihan Aplikasi Investasi Reksadana Untuk Pemula
7. Dividen Hunter
Strategi ini dipakai untuk investasi saham, sebab dalam saham dikenal dua keuntungan yaitu capital gain dari kenaikan harga saham dan dividen yang dibagikan setiap tahun. Nah, biasanya sebelum batas waktu perhitungan pembagian dividen dilakukan (ex-date), harga saham akan naik.
Hal itu terjadi karena banyak investor yang mengejar dividen. Setelah dividen didapat, maka hasilnya akan dipakai untuk membeli saham yang sama atau berbeda. Dengan menggunakan dividen sebagai investasi maka risiko yang kamu tanggung akan relatif lebih kecil, karena yang dipakai bukan berasal dari modal kamu.
Nah, dari beberapa strategi investasi tersebut, mana yang paling cocok untuk kamu? Jika kamu masih bingung, kamu bisa memilih investasi sesuai profil risiko di aplikasi Bibit. Di Bibit kamu bisa mulai investasi reksadana mulai dari Rp 100ribu. Tentunya lebih praktis, aman, dan cuan demi masa depan finansial yang lebih baik. Install aplikasinya di Play Store atau App Store sekarang juga!