Kondisi pasar keuangan yang berfluktuasi pasti akan terus terjadi selama kita berinvestasi, karena situasi tersebut merupakan bagian dari nature siklus ekonomi. Hal yang paling penting adalah bagaimana menyiapkan langkah antisipasi dalam menghadapinya. Apa pelajaran yang bisa dipetik dari krisis sebelumnya, what’s working and what’s not working. Oleh karena itu, rentang atau periode waktu investasi menjadi sangat penting sekali.
Tujuan kita berinvestasi adalah agar uang yang kita punya bertambah dan tidak tergerus oleh angka inflasi tahunan. Selain itu, dengan berinvestasi kita dapat mencapai tujuan keuangan tertentu yang kita targetkan seperti menikah, membeli mobil, membeli rumah, biaya ibadah haji atau untuk dana pendidikan anak.
Namun perlu kita ingat, yang namanya produk investasi tentu memiliki risiko penurunan nilai. Begitupun dengan investasi reksadana tidak melulu bicara kenaikan nilai, tapi akan ada momen di mana nilai produk reksadana akan turun mengikuti kondisi pasar yang ada.
Sebagian dari kita biasanya panik ketika melihat nilai negatif atau minus dalam portofolio reksadana kita. Jika nilai aktiva bersih (NAB), yang mencerminkan harga, produk reksadana terus mengalami penurunan dalam suatu periode tertentu, apa yang harus dilakukan investor? Yuk, simak strategi yang bisa kamu lakukan!
1. Cek Kembali Tujuan Keuangan
Kenapa? Karena tujuan keuangan seseorang menentukan instrumen yang dipilih, reksa dana apa yang dibeli dan dijual serta tingkat risikonya. Tujuan keuangan menentukan jangka waktu investasi yang akan dipilih, bisa 1 bulan, 5 tahun atau bahkan 20 tahun.
Misalnya, apabila tujuan keuangannya adalah menyiapkan dana pendidikan kuliah anak dan akan dibutuhkan dalam waktu 10 tahun lagi, maka gejolak naik turunnya nilai reksa dana bukanlah sesuatu yang perlu dicemaskan. Dalam waktu 1 atau 2 tahun, fluktuasi nilai reksadana biasanya sudah pulih kembali. Terkadang setelah terjadinya gejolak pasar bisa membuat nilai reksa dana menjadi lebih tinggi dari harga sebelumnya.
Tapi, jika tujuan keuangan adalah untuk memenuhi Down Payment (DP) rumah secara KPR yang perlu dibayarkan dalam 1 bulan lagi, maka kamu perlu mempertimbangkan untuk melakukan langkah antisipasi.
2. Switching ke Jenis Produk Reksadana lain
Pilihan ini bisa diambil jika dana investasimu akan digunakan dalam waktu kurang dari setahun. Misalkan saat ini kamu sedang berinvestasi di produk reksa dana saham dengan portofolio yang memiliki potensi kerugian (unrealized loss) yang belum terealisasi sekitar 5%, namun dana tersebut akan dicairkan dalam waktu 6 bulan ke depan.
Maka demi mengoptimalkan waktu tersisa tersebut, lebih baik lakukan pemindahan (switching) ke produk reksa dana yang lebih minim risiko seperti reksadana pendapatan tetap atau reksadana pasar uang. Sebelum switching produk tersebut, kamu sebagai investor harus melakukan analisis terlebih dahulu terhadap beberapa produk reksadana dengan kinerja yang lebih baik dibandingkan yang saat ini dimiliki.
3. Menambah Nilai Investasi
Pilihan ini bisa diambil jika tujuan investasimu masih panjang, misalkan di atas 3 tahun. Sebagai contoh, ada seorang investor yang berinvestasi di produk reksadana dengan nominal investasi Rp10 juta. Adapun rincian portofolio investasinya saat ini memiliki NAB per unit Rp2.000 dengan jumlah unit yang dimiliki sebanyak 5.000 unit. Adapun nilai pasar NAB per unit saat ini Rp1.500. Artinya, jika ditotal nilai investasinya saat ini adalah senilai Rp7,5 juta atau investor ini sudah mengalami kerugian yang belum terealisasi (unrealized loss) sebesar Rp2,5 juta atau sekitar 25%.
Dalam posisi ini, investor dapat menambah nilai investasi pada saat nilai pasar sedang turun (NAB per unit Rp1.500). Misalkan dia menambah investasi dengan nominal Rp5 juta maka akan mendapat 3.333,33 unit. Dengan transaksi ini maka total modal investasinya adalah Rp15 juta dan portofolio investasinya berubah menjadi 8.333,33 unit dengan NAB per unitnya Rp1.800. Dengan transaksi terakhir ini maka investor dapat meminimalisir kerugian yang belum terealisasi (unrealized loss) menjadi 16,67%.
Metode seperti ini biasanya dipilih investor saat menghadapi krisis ekonomi seperti saat krisis ekonomi tahun 1998 dan 2008. Saat itu banyak cerita investor yang menambah nilai investasinya pada masa krisis tersebut dan beberapa tahun setelahnya saat keadaan pasar mulai membaik, investor mulai menuai keuntungan.
4. Kontrol Pengeluaran dan Lebih Hemat
Ketika kondisi ekonomi sedang memburuk, sangat penting untuk bisa mengelola keuangan dengan lebih ketat lagi. Hal ini sangat penting, mengingat bisa saja kamu mengalami sejumlah kerugian atas investasi yang dimiliki saat ini.
Jangan lupa untuk melakukan penghematan dalam pengeluaran agar uang yang keluar lebih terkontrol dan dapat menyisihkan sebagian dana tersebut untuk berbagai kebutuhan lainnya yang mungkin lebih mendesak. Bukan hanya itu, namun bisa saja kamu sedang tidak dapat mencairkan investasi karena nilainya sedang turun (berpotensi rugi). Sementara kebutuhan dalam waktu dekat cukup mendesak, misalnya dana pendidikan anak, dana DP rumah, dan kebutuhan mendesak lainnya. Hal seperti ini dapat diatasi dengan adanya dana cadangan/tabungan yang dimiliki, yang tentu saja akan bertambah jumlahnya jika bisa berhemat dan mengatur pengeluaran dengan tepat.
5. Cut Loss
Pilihan terakhir yang harus diambil adalah cut loss, istilah yang digunakan ketika kita menjual investasi dalam hal ini reksadana pada harga yang lebih rendah dari harga belinya sehingga kita mengalami kerugian (loss). Alasan ini diambil jika dana investasi memang harus digunakan dalam waktu kurang dari sebulan. Pilihan ini diambil dengan asumsi agar kerugian kita tidak semakin besar jika dicairkan di kemudian hari.
Nah, begitulah beberapa strategi menghadapi situasi harga investasi reksadana yang kurang bersahabat. Yang paling penting, jangan terburu-buru menjual, apalagi menjual dengan panik. Pastikan dulu tujuan keuanganmu.
Kenali investasi reksadana sejak awal, termasuk semua risiko yang ada di dalamnya sehingga lebih paham dan bisa mengambil keputusan yang tepat jika sewaktu-waktu harganya mengalami penurunan di pasaran.
Meskipun keuntungan yang kamu peroleh sedang berada di angka minus, jangan berhenti menabung. Tetaplah berinvestasi secara disiplin. Jangan berfokus pada kapan waktu yang tepat untuk masuk atau keluar, jangan pedulikan pasar yang sedang turun maupun naik. Strategi investasi secara disiplin ini disebut dollar cost averaging (DCA). Dengan strategi ini, investor bisa membeli jumlah unit investasi lebih banyak ketika pasar melemah dan investasi turun. Ketika pasar sedang naik, strategi ini mampu mendorong pertumbuhan nilai total investasi. Dan jika kamu tetap nabung rutin, maka kamu akan selalu mendapatkan keuntungan meskipun terjadi gejolak di pasar.
Kerennya, fitur Nabung Rutin ini ada lho di aplikasi Bibit. Jadi kamu bisa berinvestasi secara konsisten setiap bulan pada tanggal yang telah kamu set di aplikasi Bibit. Untuk membuat suatu komitmen dan mengingatkan kamu supaya tidak lupa berinvestasi. Yuk, mulai biasakan Nabung Rutin di aplikasi Bibit dari sekarang!